• Featured 1
  • Featured 2
  • Featured 3
  • Latest Posts

    Senin, 20 April 2015

    SEJARAH DAN KISAH 25 NABI DAN RASUL

    adminYang Nulis Si ALvin ALvyo
    Bismillahirrohmanirrohim….

    Halo sobat semua… pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengetahuan sejarah dan kisah dari 25 Rasul terkenal yang disebutkan dalam Al Quran yang saya susun berdasarkan berbagai sumber. Semua ini untuk menambah pengetahuan kita tentang Islam terkait sejarah Nabi dan Rasul Islam.
    Sebenarnya jumlah keseluruhan nabi dalam Islam sebanyak 124 ribu orang, dan yang diangkat sebagai rasul adalah sebanyak 312 orang (Hadits sahih riwayat At-Turmuzy) tapi yang disampaikan secara jelas dalam Alqur’an adalah 25 orang. Silahkan sobat baca semua kisah 25 Rasul Islam ini:

    1. Nabi Adam as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Adam as merupakan manusia pertama dan juga nabi pertama dalam agama Islam.

    2. Nabi Idris as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Idris adalah keturunan ke-enam dari Nabi Adam. Nabi Idris as menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam. Dalam agama Yahudi dan Nasrani, Idris dikenal dengan nama Henokh. Diutus di Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya

    3. Nabi Nuh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Nuh as terkenal dengan kisah bahtera Nuh, saat bumi diliputi oleh banjir besar menghapus seluruh umat pada saat itu, kecuali yang mengikuti nabi Nuh as Jarak waktu antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah sepuluh abad. Merupakan Rasul pertama Islam.


    4. Nabi Hud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Hud as di utus untuk kaum Ad (sekarang berada diantara wilayah Yaman dan Oman). Kaum Ad terkenal karena membangkang perintah Allah, lantas Allah menghukum mereka dengan bencana kekeringan dan di akhiri oleh dengan azab awan hitam berupa petir dan angin topan.

    5. Nabi Shaleh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Shaleh as diutus untuk kaum Tsamud. Kisahnya disebut dalam 72 ayat Al Quran. Mukjizat terkenal dari nabi Shaleh as adalah lahirnya unta betina dari celah batu dengan ijin Allah.

    6. Nabi Ibrahim as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ibrahim as merupakan nabi agama samawi. Nabi Ibrahim as diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur (sekarang Iraq). Bagi kaum muslimin, nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi terpenting, diantaranya mengajarkan tauhid, mendirikan Kabah di Mekah dan hampir mengorbankan anaknya, nabi Ismail as kepada Allah (ibadah yang sekarang dikenal sebagai Idul Adha).

    7. Nabi Luth as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Luth as merupakan keponakan Nabi Ibrahim as. Nabi Luth as diutus untuk kaum Sodom dan Gomorrah yang memiliki perilaku seks menyimpang.

    8. Nabi Ismail as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ismail merupakan putra dari nabi Ibrahim as serta kakak kandung dari nabi Ishaq as. Bersama sang Ayah, Ismail as mendirikan Ka'bah.

    9. Nabi Ishaq as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ishaq as merupakan putra kedua nabi Ibrahim as. Nabi Ishaq as diutus untuk bangsa Kana'an di wilayah Al-Khalil Palestina.

    10. Nabi Yaqub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yaqub as berdakwah kepada bani Israil di Syam. Nabi Yaqub as adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim.

    11. Nabi Yusuf as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yusuf as merupakan salah satu dari 12 putra nabi Yaqub as. Merupakan Penguasa dan nabi Bani Israil yang sangat terkenal saat di Mesir.

    12. Nabi Ayyub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ayyub digambarkan Al Quran sebagai nabi paling sabar dalam menghadapi cobaan. Nabi Ayyub as berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam.

    13. Nabi Syu'aib as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Syu'aib as berdakwah kepada kaum Madyan dan Aikah. Merupakan satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga lainnya adalah nabi Hud, Shaleh, dan Muhammad saw.

    14. Nabi Musa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Julukan nabi Musa as adalah Kalim Allah (كليم الله, Kalimullah) yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Nabi Musa as diutus untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Allah menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa as.

    15. Nabi Harun as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Harun adalah kakak kandung dari nabi Musa as. Nabi Harun as dilahirkan tiga tahun sebelum nabi Musa as dan memiliki kemampuan fasih dalam berbicara serta mempunyai pendirian tetap. Sering kali mendampingi nabi Musa as dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun.

    16. Nabi Zulkifli as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Zulkifli as diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.

    17. Nabi Daud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Daud as seorang nabi dan rasul yang menerima kitab Zabur dari Allah. Nabi Daud as memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, seperti Nabi Yusuf as yang diberikan wajah yang paling tampan dan juga Raja tak terkalahkan pada zamannya.

    18. Nabi Sulaiman as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Sulaiman as merupakan putra dari nabi Daud as. Salah satu mukjizat nabi Sulaiman adalah mengerti semua bahasa binatang dan menundukkan para jin menjadi pesuruhnya.

    19. Nabi Ilyas as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ilyas as berdakwah kepada kaum Finisia dan Bani Israel. Nabi Ilyas as disebut 2 kali dalam Al Quran.

    20. Nabi Ilyasa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ilyasa as berdakwah kepada Bani Israil dan kaum Amoria di Panyas, Syam.

    21. Nabi Yunus as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yunus as berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Kisah nabi Yunus as yang paling terkenal adalah saat ditelan oleh ikan Paus.

    22. Nabi Zakariya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Zakariya berdakwah untuk bani Israil sekitar 2 SM. Kisah nabi Zakaria as yang terkenal adalah saat berdoa memohon kepada Allah agar dapat memiliki keturunan. Al Quran mengisahkan doa nabi Zakaria as pada Surah Maryam : 1-15.

    23. Nabi Yahya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yahya as adalah putra dari nabi Zakaria as. dan kelahirannya dikabarkan oleh Malaikat Jibril. ([Qur'an 19:7], [Qur'an 3:39]). Nabi Yahya as adalah sepupu dari nabi Isa as. Termasuk nabi yang dibunuh oleh orang-orang kafir.

    24. Nabi Isa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Isa as merupakan salah satu nabi terpenting dalam Islam. Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al Quran. Al Quran menjelaskan status nabi Isa as dengan sangat jelas.

    "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ""(Tuhan itu) tiga"", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (An-Nisa, ayat 171).

    25. Nabi Muhammad saw <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Muhammad saw merupakan nabi terakhir dan pembawa ajaran Islam. Nama "Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Ajaran nabi Muhammad saw (Islam) merupakan penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.

    Nah sobat, silahkan menikmati bacaan sejarah 25 kisah rasul dalam Islam. Sobat juga bisa mengetahui perbedaan antara Rasul dan Nabi Islam. Jangan lupa komentar yack^^
    Semoga bermanfaat.

    Wassalam.

    Artikel Menarik Lain!

    Kisah 25 Nabi & rasul Allah

    SEJARAH DAN KISAH 25 NABI DAN RASUL

    adminYang Nulis Si ALvin ALvyo
    Bismillahirrohmanirrohim….

    Halo sobat semua… pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengetahuan sejarah dan kisah dari 25 Rasul terkenal yang disebutkan dalam Al Quran yang saya susun berdasarkan berbagai sumber. Semua ini untuk menambah pengetahuan kita tentang Islam terkait sejarah Nabi dan Rasul Islam.
    Sebenarnya jumlah keseluruhan nabi dalam Islam sebanyak 124 ribu orang, dan yang diangkat sebagai rasul adalah sebanyak 312 orang (Hadits sahih riwayat At-Turmuzy) tapi yang disampaikan secara jelas dalam Alqur’an adalah 25 orang. Silahkan sobat baca semua kisah 25 Rasul Islam ini:

    1. Nabi Adam as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Adam as merupakan manusia pertama dan juga nabi pertama dalam agama Islam.

    2. Nabi Idris as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Idris adalah keturunan ke-enam dari Nabi Adam. Nabi Idris as menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam. Dalam agama Yahudi dan Nasrani, Idris dikenal dengan nama Henokh. Diutus di Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya

    3. Nabi Nuh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Nuh as terkenal dengan kisah bahtera Nuh, saat bumi diliputi oleh banjir besar menghapus seluruh umat pada saat itu, kecuali yang mengikuti nabi Nuh as Jarak waktu antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah sepuluh abad. Merupakan Rasul pertama Islam.


    4. Nabi Hud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Hud as di utus untuk kaum Ad (sekarang berada diantara wilayah Yaman dan Oman). Kaum Ad terkenal karena membangkang perintah Allah, lantas Allah menghukum mereka dengan bencana kekeringan dan di akhiri oleh dengan azab awan hitam berupa petir dan angin topan.

    5. Nabi Shaleh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Shaleh as diutus untuk kaum Tsamud. Kisahnya disebut dalam 72 ayat Al Quran. Mukjizat terkenal dari nabi Shaleh as adalah lahirnya unta betina dari celah batu dengan ijin Allah.

    6. Nabi Ibrahim as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ibrahim as merupakan nabi agama samawi. Nabi Ibrahim as diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur (sekarang Iraq). Bagi kaum muslimin, nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi terpenting, diantaranya mengajarkan tauhid, mendirikan Kabah di Mekah dan hampir mengorbankan anaknya, nabi Ismail as kepada Allah (ibadah yang sekarang dikenal sebagai Idul Adha).

    7. Nabi Luth as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Luth as merupakan keponakan Nabi Ibrahim as. Nabi Luth as diutus untuk kaum Sodom dan Gomorrah yang memiliki perilaku seks menyimpang.

    8. Nabi Ismail as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ismail merupakan putra dari nabi Ibrahim as serta kakak kandung dari nabi Ishaq as. Bersama sang Ayah, Ismail as mendirikan Ka'bah.

    9. Nabi Ishaq as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ishaq as merupakan putra kedua nabi Ibrahim as. Nabi Ishaq as diutus untuk bangsa Kana'an di wilayah Al-Khalil Palestina.

    10. Nabi Yaqub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yaqub as berdakwah kepada bani Israil di Syam. Nabi Yaqub as adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim.

    11. Nabi Yusuf as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yusuf as merupakan salah satu dari 12 putra nabi Yaqub as. Merupakan Penguasa dan nabi Bani Israil yang sangat terkenal saat di Mesir.

    12. Nabi Ayyub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ayyub digambarkan Al Quran sebagai nabi paling sabar dalam menghadapi cobaan. Nabi Ayyub as berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam.

    13. Nabi Syu'aib as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Syu'aib as berdakwah kepada kaum Madyan dan Aikah. Merupakan satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga lainnya adalah nabi Hud, Shaleh, dan Muhammad saw.

    14. Nabi Musa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Julukan nabi Musa as adalah Kalim Allah (كليم الله, Kalimullah) yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Nabi Musa as diutus untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Allah menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa as.

    15. Nabi Harun as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Harun adalah kakak kandung dari nabi Musa as. Nabi Harun as dilahirkan tiga tahun sebelum nabi Musa as dan memiliki kemampuan fasih dalam berbicara serta mempunyai pendirian tetap. Sering kali mendampingi nabi Musa as dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun.

    16. Nabi Zulkifli as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Zulkifli as diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.

    17. Nabi Daud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Daud as seorang nabi dan rasul yang menerima kitab Zabur dari Allah. Nabi Daud as memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, seperti Nabi Yusuf as yang diberikan wajah yang paling tampan dan juga Raja tak terkalahkan pada zamannya.

    18. Nabi Sulaiman as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Sulaiman as merupakan putra dari nabi Daud as. Salah satu mukjizat nabi Sulaiman adalah mengerti semua bahasa binatang dan menundukkan para jin menjadi pesuruhnya.

    19. Nabi Ilyas as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ilyas as berdakwah kepada kaum Finisia dan Bani Israel. Nabi Ilyas as disebut 2 kali dalam Al Quran.

    20. Nabi Ilyasa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Ilyasa as berdakwah kepada Bani Israil dan kaum Amoria di Panyas, Syam.

    21. Nabi Yunus as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yunus as berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Kisah nabi Yunus as yang paling terkenal adalah saat ditelan oleh ikan Paus.

    22. Nabi Zakariya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Zakariya berdakwah untuk bani Israil sekitar 2 SM. Kisah nabi Zakaria as yang terkenal adalah saat berdoa memohon kepada Allah agar dapat memiliki keturunan. Al Quran mengisahkan doa nabi Zakaria as pada Surah Maryam : 1-15.

    23. Nabi Yahya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Yahya as adalah putra dari nabi Zakaria as. dan kelahirannya dikabarkan oleh Malaikat Jibril. ([Qur'an 19:7], [Qur'an 3:39]). Nabi Yahya as adalah sepupu dari nabi Isa as. Termasuk nabi yang dibunuh oleh orang-orang kafir.

    24. Nabi Isa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Isa as merupakan salah satu nabi terpenting dalam Islam. Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al Quran. Al Quran menjelaskan status nabi Isa as dengan sangat jelas.

    "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ""(Tuhan itu) tiga"", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (An-Nisa, ayat 171).

    25. Nabi Muhammad saw <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

    Nabi Muhammad saw merupakan nabi terakhir dan pembawa ajaran Islam. Nama "Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Ajaran nabi Muhammad saw (Islam) merupakan penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.

    Nah sobat, silahkan menikmati bacaan sejarah 25 kisah rasul dalam Islam. Sobat juga bisa mengetahui perbedaan antara Rasul dan Nabi Islam. Jangan lupa komentar yack^^
    Semoga bermanfaat.

    Wassalam.

    Artikel Menarik Lain!

    Minggu, 19 April 2015

    Menurut tanggalan umat Islam atau tanggalan Hijriyah, pada 20 April 2015 lalu umat muslim telah masuk di bulanRajab. Dimana pada bulan Rajab ini sebagian umat muslim akan melakukan ibadah puasa untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Lalu apa hukumnya bagi yang tidak melaksanakan puasa?
    Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dari penanggalan Islam (Hijriyah). Dimana pada bulan ini terjadi peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW (tanggal 27 Rajab) dan mendapatkan perintah shalat lima waktu dalam satu hari.
    Bagi umat Islam Bulan Rajab merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Banyak para muslim yang memanfaatkan bulan istimewa ini dengan melaksanakan puasa selama satu hari atau lebih.
    Menurut salah satu hadist, puasa di bulan Rajab selama 1 hari itu sama artinya dengan puasa selama 1 bulan penuh. Dengan kata lain semakin banyak ibadah puasa yang dilakukan di bulan Rajab maka pahala yang diperoleh pun akan berlimpah.
    Hadist riwayat al-Thabarani dari Sa’id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana  berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…..”
    Hukum puasa di bulan Rajab sendiri adalah Sunnah (boleh dikerjakan ataupun tidak). Jadi jangan pernah Anda yang berpuasa di bulan Rajab mempermasalahkan mereka yang tidak berpuasa. Puasa di bulan Rajab adalah puasa spesial untuk mereka yang ingin menambah pahalanya.
    Di dalam penanggalan Islam sendiri terdapat empat bulan haram (dimuliakan). Empat bulan tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri bulan Rajab. Di bulan-bulan inilah umat Islam mendapatkan keistimewaan. Umat Islam yang beribadah di bulan-bulan ini maka pahalanya akan dilipat gandakan.
    Sementara untuk puasa yang diwajibkan setiap tahunnya adalah puasa bulan Ramadhan. Setiap umat Islam yang sudah baligh (dewasa) diwajibkan untuk menjalani puasa selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Bagi yang meninggalkan puasanya maka harus berpuasa di lain hari atau membayar fidyah sebagai pengganti puasa bagi orang yang tidak mampu secara fisik, seperti orang sakit keras, orang yang sudah tua/pikun, atau ibu hamil.
    Itulah penjelasan singkat mengenai keutamaan dan hukum puasa di bulan Rajab. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua. Aamiin...

    Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa Ramadhan

    Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
    Keutamaan Bulan Ramadhan
    Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
    Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
    “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)
    Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)
    Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
    Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)
    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)
    Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
    Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
    Allah ta’ala berfirman,
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

    Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)
    Dan Allah ta’ala juga berfirman,
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
    Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)
    Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)
    Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
    Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

    Keutamaan Bulan Rajab

    Menurut tanggalan umat Islam atau tanggalan Hijriyah, pada 20 April 2015 lalu umat muslim telah masuk di bulanRajab. Dimana pada bulan Rajab ini sebagian umat muslim akan melakukan ibadah puasa untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Lalu apa hukumnya bagi yang tidak melaksanakan puasa?
    Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dari penanggalan Islam (Hijriyah). Dimana pada bulan ini terjadi peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW (tanggal 27 Rajab) dan mendapatkan perintah shalat lima waktu dalam satu hari.
    Bagi umat Islam Bulan Rajab merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Banyak para muslim yang memanfaatkan bulan istimewa ini dengan melaksanakan puasa selama satu hari atau lebih.
    Menurut salah satu hadist, puasa di bulan Rajab selama 1 hari itu sama artinya dengan puasa selama 1 bulan penuh. Dengan kata lain semakin banyak ibadah puasa yang dilakukan di bulan Rajab maka pahala yang diperoleh pun akan berlimpah.
    Hadist riwayat al-Thabarani dari Sa’id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana  berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…..”
    Hukum puasa di bulan Rajab sendiri adalah Sunnah (boleh dikerjakan ataupun tidak). Jadi jangan pernah Anda yang berpuasa di bulan Rajab mempermasalahkan mereka yang tidak berpuasa. Puasa di bulan Rajab adalah puasa spesial untuk mereka yang ingin menambah pahalanya.
    Di dalam penanggalan Islam sendiri terdapat empat bulan haram (dimuliakan). Empat bulan tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri bulan Rajab. Di bulan-bulan inilah umat Islam mendapatkan keistimewaan. Umat Islam yang beribadah di bulan-bulan ini maka pahalanya akan dilipat gandakan.
    Sementara untuk puasa yang diwajibkan setiap tahunnya adalah puasa bulan Ramadhan. Setiap umat Islam yang sudah baligh (dewasa) diwajibkan untuk menjalani puasa selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Bagi yang meninggalkan puasanya maka harus berpuasa di lain hari atau membayar fidyah sebagai pengganti puasa bagi orang yang tidak mampu secara fisik, seperti orang sakit keras, orang yang sudah tua/pikun, atau ibu hamil.
    Itulah penjelasan singkat mengenai keutamaan dan hukum puasa di bulan Rajab. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua. Aamiin...

    Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa Ramadhan

    Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
    Keutamaan Bulan Ramadhan
    Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
    Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
    “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)
    Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)
    Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
    Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)
    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)
    Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
    Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
    Allah ta’ala berfirman,
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

    Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)
    Dan Allah ta’ala juga berfirman,
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
    Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)
    Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)
    Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
    Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

    Umat Muslim di seluruh penjuru dunia mengarahkan kiblat shalatnya pada Ka’bah. Ka’bah atau yang juga disebut, “Baitul Atiq”, merupakan bangunan berbentuk kubus yang terletak ditengah-tengah Masjidil Haram. Banyak nama lain yang disebut dalam qur'an selain Ka’bah, seperti al-Bait, Baitullah, Baitul Haram, dan Qiblah. Pengertian dari Baitul Atiq yaitu rumah yang pertama kali dibangun di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat untuk manusia sebagai tempat beribadah itulah rumah yang di Bakkah (Mekkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi alam semesta." (QS. Ali Imran : 96).

    Pada masa pra-Islam, Ka’bah dijadikan tempat beribadah para penganut paganisme (penyembah berhala). Mereka meletakkan patung-patung berhala disekeliling Ka’bah. Diantaranya patung berhala yang terbesar adalah Latta, Uzza, dan Hubal. Penganut paham ini berkeyakinan patung tersebut mampu menghubungkan antara manusia dengan tuhannya.

    Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW membersihkan berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Rasulullah SAW meneruskan ajaran moyangnya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam ajaran Tauhid. Tauhid mengajarkan bahwa tuhan tidak boleh disekutukan dengan benda atau makhluk apa-pun. Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT dalam QS.Al-Ikhlas.

    Pemeliharaan Ka’bah pada masa nabi Muhammad SAW diserahkan kepada keturunan Bani Hasyim. Kemudian Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama sahabatnya. Sementara itu, pemeliharaan Ka’bah dan pelayanan haji di Mekkah dilakukan oleh Bani Syaibah, Khulafa Ar-Rasidin (Abu Bakar as-Shiddiq. Umar bin Khattab, 'Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah, lalu Dinasti Utsmaniyah Turki.

    Saat ini, keluarga kerajaan Arab Saudi memelihara dan melayani dua kota suci, yaitu Mekkah dan Madinah, sekaligus bertanggung jawab atas pemeliharaan Ka’bah. Pada hakikatnya, Ka’bah merupakan warisan nabi Ibrahim as. Ali al-Hasani dalam kitab "Tarikh Makkah" menegaskan dengan pendapat yang rasional dan faktual, bahwa Ka’bah adalah warisan Nabi Ibrahim As. Karena Ka’bah yang sekarang identik dengan bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa Ka’bah telah ada sebelum meniupkan ruh Nabi Adam as, atau pendapat yang mengatakan Ka’bah didirikan oleh Nabi Adam as adalah pendapat yang patut dihargai.

    Dari data di buku-buku sejarah disebutkan bahwa saat itu usia Nabi Ismail As. menginjak 30 tahun. Nabi Ibrahim As. Dan Nabi Ismail As. Datang membawa misi suci, yaitu mendirikan Ka’bah. Kemudian Nabi Ibrahim As menceritakan niat sucinya yaitu membangun rumah Tuhan kepada putranya.

    Dalam kitab "Muruj al-Dzahab" oleh Al-Mas’udi menerangkan bahwa Ka’bah memiliki panjang tiga puluh hasta, lebarnya dua puluh dua hasta, dan ketebalannya tujuh hasta. Bangunan ini memiliki daun pintu, tetapi tidak beratap. Dalam Firman Allah QS. Al-Baqarah : 127, "Tatkala Ibrahim dan Ismail menyempurnakan bangunan Ka’bah, Ya Tuhan kami terimalah doa-doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"

    Ka’bah dibangun di tempat yang tandus dan sepi. Sehingga bangunan ini sangat luar biasa dan tidak bisa dibayangkan bagaimana Nabi Ibrahim as. Bersama Nabi Ismail As. mendirikannya. Menurut Qatadah, bahan-bahan yang digunakan untuk mendirikan Ka’bah didatangkan dari Harra, Lebanon, Sinai, dan Turnzeta. Sementara itu, Suhail menerangkan, bahan-bahan bangunan Ka’bah disediakan oleh malaikat.


    Gambar Ka'bah
    Ka'bah Dahulu Kala


    Kemudian Ka’bah berdiri dan Nabi Ibrahim As. Kembali ke Syam. Sedangkan, Nabi Ismail As. Menetap di Mekkah sembari melanjutkan misi dakwahnya yaitu ajaran Tauhid. Nabi Ismail As. Didukung oleh kabilah Jurhum sebagai penanggung jawab Ka’bah. Kemudian, diwarisi pada kebijakan kabilah Khuza’ah, Quraisy, dan Bani Hasyim.

    Sebelumnya, tidak ada halaman di sekitar Ka’bah, sehingga jama’ah yang melakukan Thawaf sering mengganggu jama’ah yang hendak shalat. Namun seiring waktu, jumlah pemeluk agama Islam semakin bertambah. Kemudian khalifah Umar bin Khattab memiliki insiatif yang inovatif yaitu membuat halaman yang luas untuk kenyamanan jama’ah ibadah haji dan Umrah dalam melakukan Thawaf.

    Setiap sudut dinding Ka’bah memiliki nama, yaitu Rukun Iraqi (sudut yang menghadap Irak), Rukun Syami (sudut yang menghadap ke Syam), Rukun Yamani (sudut yang menghadap ke Yaman), dan Rukun Aswad (sudut yang di dalamnya terdapat Hajar Aswad). Selain itu, Ka’bah memiliki bagian utama yaitu, Pintu Ka’bah dan Multazam (tempat yang diyakini mustajab dalam berdoa, antara pintu ka'bah dengan hajar aswad), Hijir Ismail (diyakini sebagai makam Nabi Ismail As.), dan Hajar Aswad (batu hitam yang diyakini sebagai batu dari Surga).

    Di dalam Ka’bah memiliki tiga tiang utama penyangga atap yang terbuat dari kayu. Besarnya berdiameter 44 cm dengan jarak antar tiang 2,35 m. Dari arah lurus pintu masuk Ka’bah terdapat mihrab, tempat Rasulullah SAW pernah shalat.

    Di sebelah kanan dalam Ka’bah terdapat tangga menuju atap. Tangga ini memiliki pintu yang bernama pintu Taubat. Atap Ka’bah serta dinding bagian atas Ka’bah ditutupi Kiswah (kelambu) yang terbuat dari kain sutera berwarna hijau serta dihiasi oleh pintalan emas tertulis, “La illahaillallahu Muhammadur Rasulullahi.”, kemudian surah Ali Imran : 96, al-Baqarah : 144, dan disambung dengan kalimat Ya Hannan, Ya Mannan, dan Ya Dza al-Jalal wa al-Ikram.

    Jama’ah Haji dan Umrah setibanya di Mekkah akan menemui istilah Tanah Haram dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Tanah Haram yaitu tanah yang diberi tanda / batas pada beberapa penjuru di sekeliling Masjidil Haram. Di Tanah Haram diberlakukan hukum haram memburu binatang dan memotong atau mencabut tumbuhan, bagi yang memakai pakaian ihram atau tidak.

    "Dan, apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok." (QS. Al-Ankabut : 61).
    Namun jika ada tumbuhan yang menyakiti misalnya berduri, maka boleh dicabut atau dipotong, boleh juga mengambilnya untuk obat. Membunuh binatang berbahaya juga tidak dilarang, seperti kala jengking atau anjing yang suka menggigit (anjing gila).

    "Sesungguhnya negeri ini (Mekkah) terpelihara oleh penjagaan Allah sampai hari kiamat. Pohon-pohonnya tidak boleh dipotong, binatangnya tidak boleh diburu, dan tidak boleh dipungut, barang yang didapat padanya, kecuali orang yang bermaksud mengumumkannya, juga tidak boleh dicabut rumputnya. Mendengar sabda beliau tersebut, Ibnu Abbas berkata, "Ya Rasulullah, kecuali izkhir (nama rumput yang terkenal di Mekkah berguna untuk loteng rumah di sana). Sesungguhnya izkhir berguna bagitu kang besi dan untuk rumah-rumah mereka" Jawab beliau, "ya, kecuali izkhir". (HR. Bukhari dan Muslim).

    Wallahu A'lam.

    Sejarah Ka'bah Dan Mekkah

    Umat Muslim di seluruh penjuru dunia mengarahkan kiblat shalatnya pada Ka’bah. Ka’bah atau yang juga disebut, “Baitul Atiq”, merupakan bangunan berbentuk kubus yang terletak ditengah-tengah Masjidil Haram. Banyak nama lain yang disebut dalam qur'an selain Ka’bah, seperti al-Bait, Baitullah, Baitul Haram, dan Qiblah. Pengertian dari Baitul Atiq yaitu rumah yang pertama kali dibangun di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat untuk manusia sebagai tempat beribadah itulah rumah yang di Bakkah (Mekkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi alam semesta." (QS. Ali Imran : 96).

    Pada masa pra-Islam, Ka’bah dijadikan tempat beribadah para penganut paganisme (penyembah berhala). Mereka meletakkan patung-patung berhala disekeliling Ka’bah. Diantaranya patung berhala yang terbesar adalah Latta, Uzza, dan Hubal. Penganut paham ini berkeyakinan patung tersebut mampu menghubungkan antara manusia dengan tuhannya.

    Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW membersihkan berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Rasulullah SAW meneruskan ajaran moyangnya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam ajaran Tauhid. Tauhid mengajarkan bahwa tuhan tidak boleh disekutukan dengan benda atau makhluk apa-pun. Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT dalam QS.Al-Ikhlas.

    Pemeliharaan Ka’bah pada masa nabi Muhammad SAW diserahkan kepada keturunan Bani Hasyim. Kemudian Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama sahabatnya. Sementara itu, pemeliharaan Ka’bah dan pelayanan haji di Mekkah dilakukan oleh Bani Syaibah, Khulafa Ar-Rasidin (Abu Bakar as-Shiddiq. Umar bin Khattab, 'Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah, lalu Dinasti Utsmaniyah Turki.

    Saat ini, keluarga kerajaan Arab Saudi memelihara dan melayani dua kota suci, yaitu Mekkah dan Madinah, sekaligus bertanggung jawab atas pemeliharaan Ka’bah. Pada hakikatnya, Ka’bah merupakan warisan nabi Ibrahim as. Ali al-Hasani dalam kitab "Tarikh Makkah" menegaskan dengan pendapat yang rasional dan faktual, bahwa Ka’bah adalah warisan Nabi Ibrahim As. Karena Ka’bah yang sekarang identik dengan bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa Ka’bah telah ada sebelum meniupkan ruh Nabi Adam as, atau pendapat yang mengatakan Ka’bah didirikan oleh Nabi Adam as adalah pendapat yang patut dihargai.

    Dari data di buku-buku sejarah disebutkan bahwa saat itu usia Nabi Ismail As. menginjak 30 tahun. Nabi Ibrahim As. Dan Nabi Ismail As. Datang membawa misi suci, yaitu mendirikan Ka’bah. Kemudian Nabi Ibrahim As menceritakan niat sucinya yaitu membangun rumah Tuhan kepada putranya.

    Dalam kitab "Muruj al-Dzahab" oleh Al-Mas’udi menerangkan bahwa Ka’bah memiliki panjang tiga puluh hasta, lebarnya dua puluh dua hasta, dan ketebalannya tujuh hasta. Bangunan ini memiliki daun pintu, tetapi tidak beratap. Dalam Firman Allah QS. Al-Baqarah : 127, "Tatkala Ibrahim dan Ismail menyempurnakan bangunan Ka’bah, Ya Tuhan kami terimalah doa-doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"

    Ka’bah dibangun di tempat yang tandus dan sepi. Sehingga bangunan ini sangat luar biasa dan tidak bisa dibayangkan bagaimana Nabi Ibrahim as. Bersama Nabi Ismail As. mendirikannya. Menurut Qatadah, bahan-bahan yang digunakan untuk mendirikan Ka’bah didatangkan dari Harra, Lebanon, Sinai, dan Turnzeta. Sementara itu, Suhail menerangkan, bahan-bahan bangunan Ka’bah disediakan oleh malaikat.


    Gambar Ka'bah
    Ka'bah Dahulu Kala


    Kemudian Ka’bah berdiri dan Nabi Ibrahim As. Kembali ke Syam. Sedangkan, Nabi Ismail As. Menetap di Mekkah sembari melanjutkan misi dakwahnya yaitu ajaran Tauhid. Nabi Ismail As. Didukung oleh kabilah Jurhum sebagai penanggung jawab Ka’bah. Kemudian, diwarisi pada kebijakan kabilah Khuza’ah, Quraisy, dan Bani Hasyim.

    Sebelumnya, tidak ada halaman di sekitar Ka’bah, sehingga jama’ah yang melakukan Thawaf sering mengganggu jama’ah yang hendak shalat. Namun seiring waktu, jumlah pemeluk agama Islam semakin bertambah. Kemudian khalifah Umar bin Khattab memiliki insiatif yang inovatif yaitu membuat halaman yang luas untuk kenyamanan jama’ah ibadah haji dan Umrah dalam melakukan Thawaf.

    Setiap sudut dinding Ka’bah memiliki nama, yaitu Rukun Iraqi (sudut yang menghadap Irak), Rukun Syami (sudut yang menghadap ke Syam), Rukun Yamani (sudut yang menghadap ke Yaman), dan Rukun Aswad (sudut yang di dalamnya terdapat Hajar Aswad). Selain itu, Ka’bah memiliki bagian utama yaitu, Pintu Ka’bah dan Multazam (tempat yang diyakini mustajab dalam berdoa, antara pintu ka'bah dengan hajar aswad), Hijir Ismail (diyakini sebagai makam Nabi Ismail As.), dan Hajar Aswad (batu hitam yang diyakini sebagai batu dari Surga).

    Di dalam Ka’bah memiliki tiga tiang utama penyangga atap yang terbuat dari kayu. Besarnya berdiameter 44 cm dengan jarak antar tiang 2,35 m. Dari arah lurus pintu masuk Ka’bah terdapat mihrab, tempat Rasulullah SAW pernah shalat.

    Di sebelah kanan dalam Ka’bah terdapat tangga menuju atap. Tangga ini memiliki pintu yang bernama pintu Taubat. Atap Ka’bah serta dinding bagian atas Ka’bah ditutupi Kiswah (kelambu) yang terbuat dari kain sutera berwarna hijau serta dihiasi oleh pintalan emas tertulis, “La illahaillallahu Muhammadur Rasulullahi.”, kemudian surah Ali Imran : 96, al-Baqarah : 144, dan disambung dengan kalimat Ya Hannan, Ya Mannan, dan Ya Dza al-Jalal wa al-Ikram.

    Jama’ah Haji dan Umrah setibanya di Mekkah akan menemui istilah Tanah Haram dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Tanah Haram yaitu tanah yang diberi tanda / batas pada beberapa penjuru di sekeliling Masjidil Haram. Di Tanah Haram diberlakukan hukum haram memburu binatang dan memotong atau mencabut tumbuhan, bagi yang memakai pakaian ihram atau tidak.

    "Dan, apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok." (QS. Al-Ankabut : 61).
    Namun jika ada tumbuhan yang menyakiti misalnya berduri, maka boleh dicabut atau dipotong, boleh juga mengambilnya untuk obat. Membunuh binatang berbahaya juga tidak dilarang, seperti kala jengking atau anjing yang suka menggigit (anjing gila).

    "Sesungguhnya negeri ini (Mekkah) terpelihara oleh penjagaan Allah sampai hari kiamat. Pohon-pohonnya tidak boleh dipotong, binatangnya tidak boleh diburu, dan tidak boleh dipungut, barang yang didapat padanya, kecuali orang yang bermaksud mengumumkannya, juga tidak boleh dicabut rumputnya. Mendengar sabda beliau tersebut, Ibnu Abbas berkata, "Ya Rasulullah, kecuali izkhir (nama rumput yang terkenal di Mekkah berguna untuk loteng rumah di sana). Sesungguhnya izkhir berguna bagitu kang besi dan untuk rumah-rumah mereka" Jawab beliau, "ya, kecuali izkhir". (HR. Bukhari dan Muslim).

    Wallahu A'lam.

    Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam kita sampaikan kepada Rasulullah, keluarganya dan para sahabatnya. Berikut ini adalah uraian yang terkandung padanya beberapa keutamaan dan manfaat ibadah haji. Aku katakan :
    Ibadah haji merupakan sebuah ibadah dari berbagai macam ibadah yang Allah wajibkan. Allah jadikan ibadah ini sebagai salah satu dari lima pondasi (rukun) yang dengannya akan tegak agama Islam ini, dan ibadah haji ini juga merupakan sebuah ibadah yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya sebagaimana dalam hadits yang shahih:

     بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلاَّ الله وأن محمداً رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان وحج بيت الله الحرام
    “Islam dibangun di atas lima (rukun): (1) Persaksian bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan persaksian bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, (2) Mendirikan shalat, (3) Menunaikan zakat, (4) Berpuasa pada bulan Ramadhan, dan (5) Menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.”

    Sesungguhnya Rasulullah telah menunaikan ibadah haji bersama para shahabatnya pada tahun ke-10 Hijriyah. Dalam momen tersebut, beliau menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara pelaksanaan ibadah ini, dan sekaligus beliau juga memberikan dorongan kepada umatnya untuk memperhatikan setiap yang diucapkan dan diamalkan oleh beliau dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Beliau bersabda :

     خذوا عني مناسككم فلعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا
    “Ambillah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik yang telah aku ajarkan) dalam menunaikan manasik kalian, karena barangkali aku tidak bisa lagi bertemu dengan kalian setelah tahun ini.”

    Oleh sebab itulah, haji beliau tersebut disebut dengan haji wada’ (haji perpisahan).
    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberikan semangat kepada umatnya untuk melaksanakan ibadah haji, menjelaskan tentang keutamaannya, serta menerangkan tentang janji Allah berupa pahala yang melimpah bagi siapa saja yang menunaikan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

     من حج ولم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه
    “Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian dia tidak mengucapkan kata-kata yang keji atau kotor serta tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali bersih (dari dosa-dosa) seperti hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

    Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
    العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلاَّ الجنة
    “Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah sebagai penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidaklah ada balasan baginya kecuali Al-Jannah.” [Muttafaqun ‘Alaihi, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

    Dsebutkan pula di dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) juga dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:
     سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي العمل أفضل؟ قال: إيمان بالله ورسوله، قيل : ثم ماذا؟ قال: الجهاد في سبيل الله، قيل: ثم ماذا؟ قال: حج مبرور
    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya: ‘Amalan apakah yang paling utama?’ Maka beliau menjawab: ‘Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Berjihad di jalan Allah.’ Dan ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Haji yang mabrur’.”

    Dan di dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu ketika dia masuk Islam:
    أما علمت أن الإسلام يهدم ما كان قبله وأن الهجرة تهدم ما كان قبلها وأن الحج يهدم ما كان قبله
    “Tidakkah engkau tahu bahwasanya Islam menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu, dan bahwasanya hijrah menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu, dan juga bahwasanya haji menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu.”

    Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya dia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
    يا رسول الله نرى الجهاد أفضل العمل أفلا نجاهد؟ قال: لا، ولكن أفضل الجهاد حج مبرور
    “Wahai Rasulullah, kami mengetahui bahwa jihad adalah amalan yang paling utama, tidakkah kami juga ikut berjihad?” Beliau menjawab: “Bukan seperti itu, akan tetapi jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah haji yang mabrur.”

    Dari hadits-hadits yang telah disebutkan di atas dan juga (dalil-dalil) yang lainnya, menjadi jelaslah bagi kita tentang keutamaan ibadah haji dan betapa besarnya pahala yang telah Allah persiapkan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah tersebut. Dan menjadi jelas pulalah bahwa besarnya pahala yang akan diraih itu adalah hanya bagi barangsiapa yang ibadah hajinya tergolong haji yang mabrur.

    Maka apakah yang dimaksud dengan kemabruran ibadah haji yang dijanjikan oleh Allah pahala yang cukup besar itu?
    Sesungguhnya kemabruran ibadah haji itu akan diraih dengan beberapa hal, yaitu hendaknya seorang muslim menunaikan ibadah hajinya dengan sempurna, mengikhlaskan amalannya tersebut semata-mata untuk mengharap wajah Allah ta’ala dan ketika menunaikan (manasik)nya sesuai dengan sunnah (dan tata cara yang pernah diajarkan oleh) Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Dan hendaklah dia menjaga pelaksanaan ibadah tersebut dengan mengamalkan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.

    Melaksanakan segala yang diperintahkan (oleh Allah) dan meninggalkan segala yang dilarang (oleh Allah) sebenarnya merupakan kewajiban seorang muslim sepanjang hidupnya. Akan tetapi kewajiban ini lebih ditekankan lagi pada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang memiliki keutamaan. Karena Allah menciptakan makhluk-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya, yaitu taat kepada-Nya dengan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Allah ta’ala berfirman:

     الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
    “(Allah) yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya.” [Al-Mulk: 2]

     Allah ta’ala juga berfirman:
    وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
    “Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [Adz-Dzariyat: 56]

    Sehingga seorang muslim itu harus senantiasa berada di atas ketaatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari kemaksiatan kepada-Nya, baik di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji, dan juga sebelum pelaksanaan ibadah haji ataupun setelahnya. Yang demikian ini adalah agar akhir kehidupannya ditutup dengan kesempurnaan yaitu dalam keadaan berada di atas kebaikan. Sehingga akhir hidupnya itu ditutup dalam keadaan baik dan terpuji, sebagaimana firman Allah ta’ala:

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
    “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian sekali-kali mati melainkan dalam keadaan Islam.” [Ali ‘Imran: 102]


    Dan juga firman Allah ta’ala:
    وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
    “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu ‘al-yakin’ (kematian).” [Al Hijr: 99]

     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
     وإنما الأعمال بالخواتيم
    “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada akhir kehidupannya.”

    Dan di antara bentuk kebaikan yang dengannya akan diraih kemabruran ibadah haji adalah hendaknya bersemangat di tengah-tengah pelaksanaan ibadah hajinya untuk merenungi rahasia-rahasia dan pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam ibadah haji tersebut dan juga memperhatikan beberapa manfaat (haji) yang sangat banyak, baik manfaat tersebut adalah manfaat yang bisa segera dirasakan, maupun manfaat yang baru bisa dirasakan setelah beberapa waktu kemudian. Secara umum manfaat-manfaat tersebut telah Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya :

     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Berikut ini adalah uraian beberapa manfaat dan rahasia (haji) sebagaimana yang telah isyaratkan dalam ayat di atas:

    Sesungguhnya ikatan yang terjadi antara seorang muslim dengan Baitullah Al-Haram merupakan ikatan yang sangat kokoh. Di mana ikatan tersebut mulai tumbuh sejak ia menyatakan diri sebagai seorang muslim, dan ikatan ini akan terus menerus bersamanya selama ruh masih berada di kandung badan.

    Maka seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan Islam, pertama kali yang menyentuh pendengarannya dari hal-hal yang Allah wajibkan adalah rukun Islam yang lima, yang salah satunya adalah malaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.
    Dan seorang kafir, apabila dia (masuk Islam dan) bersaksi dengan persaksian yang benar kepada Allah tentang keesaan-Nya dan juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah sebagaimana persaksian yang dilakukan oleh kaum muslimin, maka yang pertama kali diwajibkan kepadanya dari kewajiban-kewajiban dalam Islam setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.

    Rukun Islam setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan shalat lima waktu yang Allah wajibkan kepada kaum muslimin dalam setiap harinya, dan Allah jadikan ‘menghadap ke arah Baitullah Al-Haram’ sebagai salah satu syarat dari syarat-syarat shalat. Sehingga ikatan antara seorang muslim dengan Baitullah Al-Haram adalah terus-menerus dalam setiap hari, dia menghadap ke arahnya sesuai dengan kemampuan dirinya dalam setiap shalat yang dia laksanakan, baik shalat wajib maupun shalat nafilah (sunnah), sebagaimana dia juga menghadap ke arah Baitullah ketika berdoa.

    Hubungan erat yang membuahkan keterikatan antara hati seorang muslim dengan rumah Rabbnya (Baitullah) yang bersifat terus menerus ini mau tidak mau akan mendorong seorang muslim untuk selalu ingin menghadapkan diri kepada Al-Baitul ‘Atiq (Baitullah), agar dengannya ia merasakan kenikmatan melihat rumah Allah dengan pandangan matanya dan agar tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji yang telah Allah wajibkan bagi siapa saja yang memiliki kemampuan untuk menunaikannya.

    Maka bagi seorang muslim, kapan saja dia telah memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, hendaklah ia bersegera untuk menunaikannya, sebagai kewajiban yang harus dilaksanakannya, dan dalam rangka berharap untuk dapat melihat rumah Allah yang ia menghadapkan wajah ke arahnya di setiap shalat, dan juga dalam rangka berharap agar dapat menyaksikan berbagai manfaat yang telah Allah diisyaratkan dalam firman-Nya:

     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Apabila seorang muslim telah sampai di Baitullah, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri rumah yang paling mulia dan tempat yang paling suci di muka bumi, yaitu Ka’bah Al-Musyarrafah (yang dimuliakan), sebagai tempat pertemuan bagi seluruh kaum muslimin di dalam shalat-shalat mereka, baik kaum muslimin dari belahan bumi timur maupun barat. Dia pun juga menyaksikan kaum muslimin berdiri mengitari Ka’bah membentuk formasi lingkaran tatkala melaksanakan shalat, lingkaran paling kecil adalah yang ada di sekitar (paling dekat) Ka’bah, kemudian lingkaran yang berikutnya dan seterusnya sampai lingkaran yang terbesar di ujung dunia.

    Di dalam shalat-shalatnya, kaum muslimin senantiasa dalam keadaan menghadap ke arah rumah Allah, mereka seperti titik-titik yang membentuk lingkaran, baik yang kecil maupun yang besar, dengan rumah Allah (Ka’bah Al-Musyarrafah) sebagai pusatnya.
    Ketika Allah telah memudahkan bagi seorang muslim untuk berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan kemudian ketika ia sampai ke miqat sebagaimana yang telah ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memulai ihram, maka dia pun melepas semua pakaiannya kemudian menggantinya dengan pakaian ihram yaitu  mengenakan sarung pada bagian bawah tubuhnya dan memakai selempang pada bagian atasnya kecuali kepala (dalam keadaan kepalanya terbuka).

    Maka dalam keadaan pakaian yang demikian, semua jama’ah haji berada dalam keadaan yang sama. Tidak ada bedanya antara yang kaya dengan yang miskin, dan juga antara pemimpin dengan rakyat. Kesamaan mereka dalam keadaan seperti ini mengingatkan kepada kesamaan dalam memakai kain kafan ketika meninggal dunia. Karena ketika seorang muslim meninggal dunia, maka semua pakaiannya dilepas kemudian dibungkus dengan beberapa kain (kafan). Sehingga dalam hal ini tidak ada bedanya antara seorang yang kaya dengan yang miskin.

    Apabila seorang jama’ah haji melepas pakaiannya kemudian menggantinya dengan pakaian ihram, maka hal ini mengingatkannya kepada sebuah kematian yang merupakan akhir dari kehidupannya di dunia ini untuk kemudian memulai kehidupan di akhirat. Sehingga dengan hal ini, dia akan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian yang akan menjemputnya dengan berbagai amalan yang shalih dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Persiapan tersebut adalah sebagai bekal bagi dirinya menuju akhirat, sebagaimana yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

     وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
    “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” [Al-Baqarah: 197]

    Oleh sebab itulah, ketika ada seseorang yang bertanya kepada Nabi: “Kapankah datangnya hari kiamat?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

    Sebuah peringatan dari Nabi shalawatullahi wasalamuhu ‘alaihi bahwa sesuatu yang paling penting bagi diri seorang muslim adalah agar seharusnya dia senantiasa memperhatikan beberapa hal yang akan dihadapinya setelah kematian. Kemudian dia bersiap-siap menghadapinya pada setiap keadaannya dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

    Kemudian apabila seorang muslim telah masuk pada pelaksanaan ibadah haji, dia akan bertalbiyah dengan mengucapkan kalimat-kalimat tauhid sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

     لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
    “Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu yang tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat dan kekuasaan hanyalah milik-Mu, yang tidak ada sekutu bagi-Mu.”

    Dia mengucapkan talbiyah ini dalam keadaan dirinya merasakan kandungan kalimat tersebut, berupa tauhid (mengesakan) Allah dalam ibadah, bahwasanya Allah adalah satu-satu Dzat yang dikhususkan pada-Nya semua bentuk peribadatan tanpa selain-Nya. Sebagaimana Dia subhanahu wata’ala sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan dan mewujudkan makhluk, maka wajib untuk menjadikan Dia sebagai satu-satunya Dzat yang diibadahi tanpa selain-Nya, siapapun dia. Dan memalingkan (mempersembahkan) salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah merupakan bentuk kezhaliman yang paling zhalim dan kebatilan yang paling batil.

    Kalimat yang diucapkan oleh seorang muslim tersebut adalah sebagai sambutan terhadap panggilan Allah kepada para hamba-Nya dalam pelaksanaan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram. Dengannya seorang muslim akan merasakan betapa agungnya kedudukan Sang Penyeru, yaitu Allah dan betapa pentingnya sesuatu yang diserukan itu. Sehingga dia berusaha untuk memenuhi panggilan tersebut sesuai dengan tata cara yang diridhai oleh Allah ta’ala, dan dia pun mengetahui bahwa inti dari ibadah haji dan juga ibadah-ibadah yang lainnya adalah

    Ikhlas kepada Allah, sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam kalimat tauhid yang terkandung dalam talbiyah di atas.

    Mutaba’ah (mencontoh/mengikuti) petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam pelaksanaan manasik haji, beliau bersabda:

     خذوا عني مناسككم
    “Ambillah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik yang telah aku ajarkan) dalam menunaikan manasik kalian.”

    Ketika seorang muslim telah sampai di Ka’bah yang mulia, dia akan menyaksikan pelaksanaan ibadah thawaf yang ada di sekitar Ka’bah, yang mana thawaf ini tidak boleh dilaksanakan dalam syarilat Islam kecuali dikhususkan pada tempat ini saja. Semua bentuk pelaksanaan thawaf yang dilakukan pada selain tempat ini, maka itu merupakan syari’at dari setan, serta pelakunya diancam dengan firman Allah ta’ala:

     أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ
    “Apakah mereka mempunyai tandingan-tandingan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan oleh Allah?” [Asy-Syuura: 21]
    Dia juga akan menyaksikan dicium dan diusapnya Hajar Aswad dan diusapnya Rukun Yamani. Tidaklah datang dari syari’at Islam yang menganjurkan untuk mencium atau mengusap batu-batuan atau bangunan kecuali pada dua tempat (Hajar Aswad dan Rukun Yamani) ini saja.

    Ketika Umar bin Al-Khaththab mencium Hajar Aswad, beliau menerangkan bahwa perbuatan yang beliau lakukan tersebut adalah semata-mata mengikuti contoh Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mencium Hajar Aswad. Kemudian beliau mengatakan kepada Hajar Aswad:
    ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
    “Kalaulah seandainya aku tidak melihat Nabi menciummu, niscaya aku tidak akan melakukannya.”

    Seorang jama’ah haji akan menyaksikan dalam pelaksanaan ibadah hajinya tersebut pertemuan akbar kaum muslimin, yaitu pada hari Arafah di padang Arafah, saat para jama’ah haji berwukuf secara bersama-sama di tempat itu dalam keadaan bertalbiyah dan bertahlil kepada Allah, memohon kebaikan dunia dan akhirat.

    Pertemuan akbar kaum muslimin ini akan mengingatkan mereka kepada padang mahsyar di hari kiamat yang semua umat manusia dari awal (zaman) sampai akhir (zaman) bertemu dan berkumpul di tempat tersebut, menunggu keputusan Allah untuk kemudian mereka menuju tempat tujuan yang terakhir sesuai dengan amalan-amalan yang mereka kerjakan. Apabila mereka mengamalkan amalan-amalan yang baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan, dan jika mereka mengamalkan amalan-amalan yang jelek maka akan mendapatkan balasan kejelekan.

     Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku hamba dan utusan Allah, memintakan syafaat kepada Allah untuk mereka, agar Allah segera memberi keputusan-Nya. Maka Allah pun memberikan syafaat-Nya (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Itulah Al-Maqamul Mahmud (kedudukan yang terpuji), yang semua umat manusia mulai dari awal (zaman) sampai akhir (zaman) memberikan pujian atas beliau. Dan Inilah yang disebut dengan Asy-Syafa’atul ‘Uzhma, yang dikhususkan hanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada seorang pun yang memilikinya baik dari kalangan malaikat yang didekatkan maupun para nabi yang diutus.

    Dan dalam pertemuan akbar umat Islam tersebut, baik di padang Arafah maupun di tempat-tempat  pelaksanaan ibadah haji yang lainnya, kaum muslimin dari penjuru timur dan barat saling bertemu, mereka saling berkenalan dan memberikan nasehat, serta sebagian mereka mengetahui keadaan sebagian yang lainnya. Mereka bersama-sama dalam suasana kegembiraan dan rasa senang, sebagaimana sebagian mereka bersama-sama dengan sebagian yang lain ketika mengalami sakit, sehingga mereka menunjukkan apa yang sudah semestinya mereka lakukan kepada orang lain. Dan mereka juga saling menolong di atas kebaikan dan ketakwaan sebagaimana yang telah Allah ta’ala perintahkan.

    Inilah beberapa (sebagian) manfaat yang aku sebutkan dari keseluruhan manfaat yang banyak sekali, yang secara umum telah Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:
     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Manfaat terbesar bagi seorang muslim setelah dia selesai dari pelaksanaan ibadah haji adalah hendaknya ia berusaha agar ibadah hajinya tersebut diterima, dan hendaknya keadaan dirinya setelah menunaikan ibadah haji adalah lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga dia berusaha untuk menjadikan ibadah hajinya sebagai langkah awal di dalam melakukan berbagai perubahan dirinya, baik dalam hal perilaku hidup maupun amalan-amalan kesehariannya, dia mengubah kejelekan dirinya dengan kebaikan dan mengubah dirinya dari kebaikan kepada keadaan yang lebih baik lagi.

    Dan hanya kepada Allah tempat memohon semoga Dia memberikan taufiq-Nya kepada kaum muslimin agar mereka diberi kefahaman dalam urusan agama mereka dan kekokohan di atasnya, dan agar Allah mengokohkan kedudukan kaum muslimin di muka bumi, serta menolong mereka atas musuh-musuh Allah dan musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dan Maha Mampu atas itu semua.

     وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله وصحبه

    Manfaat dan Keutamaan Ibadah Haji & Umroh

    Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam kita sampaikan kepada Rasulullah, keluarganya dan para sahabatnya. Berikut ini adalah uraian yang terkandung padanya beberapa keutamaan dan manfaat ibadah haji. Aku katakan :
    Ibadah haji merupakan sebuah ibadah dari berbagai macam ibadah yang Allah wajibkan. Allah jadikan ibadah ini sebagai salah satu dari lima pondasi (rukun) yang dengannya akan tegak agama Islam ini, dan ibadah haji ini juga merupakan sebuah ibadah yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya sebagaimana dalam hadits yang shahih:

     بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلاَّ الله وأن محمداً رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان وحج بيت الله الحرام
    “Islam dibangun di atas lima (rukun): (1) Persaksian bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan persaksian bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, (2) Mendirikan shalat, (3) Menunaikan zakat, (4) Berpuasa pada bulan Ramadhan, dan (5) Menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.”

    Sesungguhnya Rasulullah telah menunaikan ibadah haji bersama para shahabatnya pada tahun ke-10 Hijriyah. Dalam momen tersebut, beliau menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara pelaksanaan ibadah ini, dan sekaligus beliau juga memberikan dorongan kepada umatnya untuk memperhatikan setiap yang diucapkan dan diamalkan oleh beliau dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Beliau bersabda :

     خذوا عني مناسككم فلعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا
    “Ambillah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik yang telah aku ajarkan) dalam menunaikan manasik kalian, karena barangkali aku tidak bisa lagi bertemu dengan kalian setelah tahun ini.”

    Oleh sebab itulah, haji beliau tersebut disebut dengan haji wada’ (haji perpisahan).
    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberikan semangat kepada umatnya untuk melaksanakan ibadah haji, menjelaskan tentang keutamaannya, serta menerangkan tentang janji Allah berupa pahala yang melimpah bagi siapa saja yang menunaikan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

     من حج ولم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه
    “Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian dia tidak mengucapkan kata-kata yang keji atau kotor serta tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali bersih (dari dosa-dosa) seperti hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

    Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
    العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلاَّ الجنة
    “Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah sebagai penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidaklah ada balasan baginya kecuali Al-Jannah.” [Muttafaqun ‘Alaihi, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

    Dsebutkan pula di dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) juga dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:
     سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي العمل أفضل؟ قال: إيمان بالله ورسوله، قيل : ثم ماذا؟ قال: الجهاد في سبيل الله، قيل: ثم ماذا؟ قال: حج مبرور
    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya: ‘Amalan apakah yang paling utama?’ Maka beliau menjawab: ‘Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Berjihad di jalan Allah.’ Dan ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Haji yang mabrur’.”

    Dan di dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu ketika dia masuk Islam:
    أما علمت أن الإسلام يهدم ما كان قبله وأن الهجرة تهدم ما كان قبلها وأن الحج يهدم ما كان قبله
    “Tidakkah engkau tahu bahwasanya Islam menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu, dan bahwasanya hijrah menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu, dan juga bahwasanya haji menghapus dosa-dosa (kejelekan) yang telah lalu.”

    Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya dia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
    يا رسول الله نرى الجهاد أفضل العمل أفلا نجاهد؟ قال: لا، ولكن أفضل الجهاد حج مبرور
    “Wahai Rasulullah, kami mengetahui bahwa jihad adalah amalan yang paling utama, tidakkah kami juga ikut berjihad?” Beliau menjawab: “Bukan seperti itu, akan tetapi jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah haji yang mabrur.”

    Dari hadits-hadits yang telah disebutkan di atas dan juga (dalil-dalil) yang lainnya, menjadi jelaslah bagi kita tentang keutamaan ibadah haji dan betapa besarnya pahala yang telah Allah persiapkan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah tersebut. Dan menjadi jelas pulalah bahwa besarnya pahala yang akan diraih itu adalah hanya bagi barangsiapa yang ibadah hajinya tergolong haji yang mabrur.

    Maka apakah yang dimaksud dengan kemabruran ibadah haji yang dijanjikan oleh Allah pahala yang cukup besar itu?
    Sesungguhnya kemabruran ibadah haji itu akan diraih dengan beberapa hal, yaitu hendaknya seorang muslim menunaikan ibadah hajinya dengan sempurna, mengikhlaskan amalannya tersebut semata-mata untuk mengharap wajah Allah ta’ala dan ketika menunaikan (manasik)nya sesuai dengan sunnah (dan tata cara yang pernah diajarkan oleh) Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Dan hendaklah dia menjaga pelaksanaan ibadah tersebut dengan mengamalkan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.

    Melaksanakan segala yang diperintahkan (oleh Allah) dan meninggalkan segala yang dilarang (oleh Allah) sebenarnya merupakan kewajiban seorang muslim sepanjang hidupnya. Akan tetapi kewajiban ini lebih ditekankan lagi pada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang memiliki keutamaan. Karena Allah menciptakan makhluk-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya, yaitu taat kepada-Nya dengan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Allah ta’ala berfirman:

     الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
    “(Allah) yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya.” [Al-Mulk: 2]

     Allah ta’ala juga berfirman:
    وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
    “Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [Adz-Dzariyat: 56]

    Sehingga seorang muslim itu harus senantiasa berada di atas ketaatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari kemaksiatan kepada-Nya, baik di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji, dan juga sebelum pelaksanaan ibadah haji ataupun setelahnya. Yang demikian ini adalah agar akhir kehidupannya ditutup dengan kesempurnaan yaitu dalam keadaan berada di atas kebaikan. Sehingga akhir hidupnya itu ditutup dalam keadaan baik dan terpuji, sebagaimana firman Allah ta’ala:

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
    “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian sekali-kali mati melainkan dalam keadaan Islam.” [Ali ‘Imran: 102]


    Dan juga firman Allah ta’ala:
    وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
    “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu ‘al-yakin’ (kematian).” [Al Hijr: 99]

     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
     وإنما الأعمال بالخواتيم
    “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada akhir kehidupannya.”

    Dan di antara bentuk kebaikan yang dengannya akan diraih kemabruran ibadah haji adalah hendaknya bersemangat di tengah-tengah pelaksanaan ibadah hajinya untuk merenungi rahasia-rahasia dan pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam ibadah haji tersebut dan juga memperhatikan beberapa manfaat (haji) yang sangat banyak, baik manfaat tersebut adalah manfaat yang bisa segera dirasakan, maupun manfaat yang baru bisa dirasakan setelah beberapa waktu kemudian. Secara umum manfaat-manfaat tersebut telah Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya :

     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Berikut ini adalah uraian beberapa manfaat dan rahasia (haji) sebagaimana yang telah isyaratkan dalam ayat di atas:

    Sesungguhnya ikatan yang terjadi antara seorang muslim dengan Baitullah Al-Haram merupakan ikatan yang sangat kokoh. Di mana ikatan tersebut mulai tumbuh sejak ia menyatakan diri sebagai seorang muslim, dan ikatan ini akan terus menerus bersamanya selama ruh masih berada di kandung badan.

    Maka seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan Islam, pertama kali yang menyentuh pendengarannya dari hal-hal yang Allah wajibkan adalah rukun Islam yang lima, yang salah satunya adalah malaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.
    Dan seorang kafir, apabila dia (masuk Islam dan) bersaksi dengan persaksian yang benar kepada Allah tentang keesaan-Nya dan juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah sebagaimana persaksian yang dilakukan oleh kaum muslimin, maka yang pertama kali diwajibkan kepadanya dari kewajiban-kewajiban dalam Islam setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram.

    Rukun Islam setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan shalat lima waktu yang Allah wajibkan kepada kaum muslimin dalam setiap harinya, dan Allah jadikan ‘menghadap ke arah Baitullah Al-Haram’ sebagai salah satu syarat dari syarat-syarat shalat. Sehingga ikatan antara seorang muslim dengan Baitullah Al-Haram adalah terus-menerus dalam setiap hari, dia menghadap ke arahnya sesuai dengan kemampuan dirinya dalam setiap shalat yang dia laksanakan, baik shalat wajib maupun shalat nafilah (sunnah), sebagaimana dia juga menghadap ke arah Baitullah ketika berdoa.

    Hubungan erat yang membuahkan keterikatan antara hati seorang muslim dengan rumah Rabbnya (Baitullah) yang bersifat terus menerus ini mau tidak mau akan mendorong seorang muslim untuk selalu ingin menghadapkan diri kepada Al-Baitul ‘Atiq (Baitullah), agar dengannya ia merasakan kenikmatan melihat rumah Allah dengan pandangan matanya dan agar tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji yang telah Allah wajibkan bagi siapa saja yang memiliki kemampuan untuk menunaikannya.

    Maka bagi seorang muslim, kapan saja dia telah memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, hendaklah ia bersegera untuk menunaikannya, sebagai kewajiban yang harus dilaksanakannya, dan dalam rangka berharap untuk dapat melihat rumah Allah yang ia menghadapkan wajah ke arahnya di setiap shalat, dan juga dalam rangka berharap agar dapat menyaksikan berbagai manfaat yang telah Allah diisyaratkan dalam firman-Nya:

     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Apabila seorang muslim telah sampai di Baitullah, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri rumah yang paling mulia dan tempat yang paling suci di muka bumi, yaitu Ka’bah Al-Musyarrafah (yang dimuliakan), sebagai tempat pertemuan bagi seluruh kaum muslimin di dalam shalat-shalat mereka, baik kaum muslimin dari belahan bumi timur maupun barat. Dia pun juga menyaksikan kaum muslimin berdiri mengitari Ka’bah membentuk formasi lingkaran tatkala melaksanakan shalat, lingkaran paling kecil adalah yang ada di sekitar (paling dekat) Ka’bah, kemudian lingkaran yang berikutnya dan seterusnya sampai lingkaran yang terbesar di ujung dunia.

    Di dalam shalat-shalatnya, kaum muslimin senantiasa dalam keadaan menghadap ke arah rumah Allah, mereka seperti titik-titik yang membentuk lingkaran, baik yang kecil maupun yang besar, dengan rumah Allah (Ka’bah Al-Musyarrafah) sebagai pusatnya.
    Ketika Allah telah memudahkan bagi seorang muslim untuk berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan kemudian ketika ia sampai ke miqat sebagaimana yang telah ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memulai ihram, maka dia pun melepas semua pakaiannya kemudian menggantinya dengan pakaian ihram yaitu  mengenakan sarung pada bagian bawah tubuhnya dan memakai selempang pada bagian atasnya kecuali kepala (dalam keadaan kepalanya terbuka).

    Maka dalam keadaan pakaian yang demikian, semua jama’ah haji berada dalam keadaan yang sama. Tidak ada bedanya antara yang kaya dengan yang miskin, dan juga antara pemimpin dengan rakyat. Kesamaan mereka dalam keadaan seperti ini mengingatkan kepada kesamaan dalam memakai kain kafan ketika meninggal dunia. Karena ketika seorang muslim meninggal dunia, maka semua pakaiannya dilepas kemudian dibungkus dengan beberapa kain (kafan). Sehingga dalam hal ini tidak ada bedanya antara seorang yang kaya dengan yang miskin.

    Apabila seorang jama’ah haji melepas pakaiannya kemudian menggantinya dengan pakaian ihram, maka hal ini mengingatkannya kepada sebuah kematian yang merupakan akhir dari kehidupannya di dunia ini untuk kemudian memulai kehidupan di akhirat. Sehingga dengan hal ini, dia akan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian yang akan menjemputnya dengan berbagai amalan yang shalih dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Persiapan tersebut adalah sebagai bekal bagi dirinya menuju akhirat, sebagaimana yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

     وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
    “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” [Al-Baqarah: 197]

    Oleh sebab itulah, ketika ada seseorang yang bertanya kepada Nabi: “Kapankah datangnya hari kiamat?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

    Sebuah peringatan dari Nabi shalawatullahi wasalamuhu ‘alaihi bahwa sesuatu yang paling penting bagi diri seorang muslim adalah agar seharusnya dia senantiasa memperhatikan beberapa hal yang akan dihadapinya setelah kematian. Kemudian dia bersiap-siap menghadapinya pada setiap keadaannya dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

    Kemudian apabila seorang muslim telah masuk pada pelaksanaan ibadah haji, dia akan bertalbiyah dengan mengucapkan kalimat-kalimat tauhid sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

     لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
    “Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu yang tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat dan kekuasaan hanyalah milik-Mu, yang tidak ada sekutu bagi-Mu.”

    Dia mengucapkan talbiyah ini dalam keadaan dirinya merasakan kandungan kalimat tersebut, berupa tauhid (mengesakan) Allah dalam ibadah, bahwasanya Allah adalah satu-satu Dzat yang dikhususkan pada-Nya semua bentuk peribadatan tanpa selain-Nya. Sebagaimana Dia subhanahu wata’ala sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan dan mewujudkan makhluk, maka wajib untuk menjadikan Dia sebagai satu-satunya Dzat yang diibadahi tanpa selain-Nya, siapapun dia. Dan memalingkan (mempersembahkan) salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah merupakan bentuk kezhaliman yang paling zhalim dan kebatilan yang paling batil.

    Kalimat yang diucapkan oleh seorang muslim tersebut adalah sebagai sambutan terhadap panggilan Allah kepada para hamba-Nya dalam pelaksanaan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram. Dengannya seorang muslim akan merasakan betapa agungnya kedudukan Sang Penyeru, yaitu Allah dan betapa pentingnya sesuatu yang diserukan itu. Sehingga dia berusaha untuk memenuhi panggilan tersebut sesuai dengan tata cara yang diridhai oleh Allah ta’ala, dan dia pun mengetahui bahwa inti dari ibadah haji dan juga ibadah-ibadah yang lainnya adalah

    Ikhlas kepada Allah, sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam kalimat tauhid yang terkandung dalam talbiyah di atas.

    Mutaba’ah (mencontoh/mengikuti) petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam pelaksanaan manasik haji, beliau bersabda:

     خذوا عني مناسككم
    “Ambillah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik yang telah aku ajarkan) dalam menunaikan manasik kalian.”

    Ketika seorang muslim telah sampai di Ka’bah yang mulia, dia akan menyaksikan pelaksanaan ibadah thawaf yang ada di sekitar Ka’bah, yang mana thawaf ini tidak boleh dilaksanakan dalam syarilat Islam kecuali dikhususkan pada tempat ini saja. Semua bentuk pelaksanaan thawaf yang dilakukan pada selain tempat ini, maka itu merupakan syari’at dari setan, serta pelakunya diancam dengan firman Allah ta’ala:

     أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ
    “Apakah mereka mempunyai tandingan-tandingan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan oleh Allah?” [Asy-Syuura: 21]
    Dia juga akan menyaksikan dicium dan diusapnya Hajar Aswad dan diusapnya Rukun Yamani. Tidaklah datang dari syari’at Islam yang menganjurkan untuk mencium atau mengusap batu-batuan atau bangunan kecuali pada dua tempat (Hajar Aswad dan Rukun Yamani) ini saja.

    Ketika Umar bin Al-Khaththab mencium Hajar Aswad, beliau menerangkan bahwa perbuatan yang beliau lakukan tersebut adalah semata-mata mengikuti contoh Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mencium Hajar Aswad. Kemudian beliau mengatakan kepada Hajar Aswad:
    ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
    “Kalaulah seandainya aku tidak melihat Nabi menciummu, niscaya aku tidak akan melakukannya.”

    Seorang jama’ah haji akan menyaksikan dalam pelaksanaan ibadah hajinya tersebut pertemuan akbar kaum muslimin, yaitu pada hari Arafah di padang Arafah, saat para jama’ah haji berwukuf secara bersama-sama di tempat itu dalam keadaan bertalbiyah dan bertahlil kepada Allah, memohon kebaikan dunia dan akhirat.

    Pertemuan akbar kaum muslimin ini akan mengingatkan mereka kepada padang mahsyar di hari kiamat yang semua umat manusia dari awal (zaman) sampai akhir (zaman) bertemu dan berkumpul di tempat tersebut, menunggu keputusan Allah untuk kemudian mereka menuju tempat tujuan yang terakhir sesuai dengan amalan-amalan yang mereka kerjakan. Apabila mereka mengamalkan amalan-amalan yang baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan, dan jika mereka mengamalkan amalan-amalan yang jelek maka akan mendapatkan balasan kejelekan.

     Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku hamba dan utusan Allah, memintakan syafaat kepada Allah untuk mereka, agar Allah segera memberi keputusan-Nya. Maka Allah pun memberikan syafaat-Nya (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Itulah Al-Maqamul Mahmud (kedudukan yang terpuji), yang semua umat manusia mulai dari awal (zaman) sampai akhir (zaman) memberikan pujian atas beliau. Dan Inilah yang disebut dengan Asy-Syafa’atul ‘Uzhma, yang dikhususkan hanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada seorang pun yang memilikinya baik dari kalangan malaikat yang didekatkan maupun para nabi yang diutus.

    Dan dalam pertemuan akbar umat Islam tersebut, baik di padang Arafah maupun di tempat-tempat  pelaksanaan ibadah haji yang lainnya, kaum muslimin dari penjuru timur dan barat saling bertemu, mereka saling berkenalan dan memberikan nasehat, serta sebagian mereka mengetahui keadaan sebagian yang lainnya. Mereka bersama-sama dalam suasana kegembiraan dan rasa senang, sebagaimana sebagian mereka bersama-sama dengan sebagian yang lain ketika mengalami sakit, sehingga mereka menunjukkan apa yang sudah semestinya mereka lakukan kepada orang lain. Dan mereka juga saling menolong di atas kebaikan dan ketakwaan sebagaimana yang telah Allah ta’ala perintahkan.

    Inilah beberapa (sebagian) manfaat yang aku sebutkan dari keseluruhan manfaat yang banyak sekali, yang secara umum telah Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:
     لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
    “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” [Al-Hajj: 28]

    Manfaat terbesar bagi seorang muslim setelah dia selesai dari pelaksanaan ibadah haji adalah hendaknya ia berusaha agar ibadah hajinya tersebut diterima, dan hendaknya keadaan dirinya setelah menunaikan ibadah haji adalah lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga dia berusaha untuk menjadikan ibadah hajinya sebagai langkah awal di dalam melakukan berbagai perubahan dirinya, baik dalam hal perilaku hidup maupun amalan-amalan kesehariannya, dia mengubah kejelekan dirinya dengan kebaikan dan mengubah dirinya dari kebaikan kepada keadaan yang lebih baik lagi.

    Dan hanya kepada Allah tempat memohon semoga Dia memberikan taufiq-Nya kepada kaum muslimin agar mereka diberi kefahaman dalam urusan agama mereka dan kekokohan di atasnya, dan agar Allah mengokohkan kedudukan kaum muslimin di muka bumi, serta menolong mereka atas musuh-musuh Allah dan musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dan Maha Mampu atas itu semua.

     وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله وصحبه

    Mukjizat Nabi Muhammad (bahasa Arab: معجزات محمد, Mu'jizati nabi Muhammad) adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W untuk membuktikan kenabiannya.[1] Dalam Islam, mukjizat terjadi hanya karena izin Allah, di antara mukjizat Nabi Muhammad adalah Isra dan Mi'raj dalam tidak sampai satu hari. Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah, wahyu Al-Qur'an, dan lain-lain.
    Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah dikatakan bahwa rasulullah bersabda, “Tidak ada seorang pun di antara para nabi kecuali mereka diberi sejumlah mukjizat yang di antaranya manusia beriman kepadanya dan mukjizat yang aku terima adalah wahyu. Allah mewahyukannya kepadaku. Maka aku berharap kiranya menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”[2]
    Menurut syariat Islam, tidak ada mukjizat yang diberikan Allah kepada seorang nabi melainkan mukjizat itu pun diberikan kepada Muhammad secara persis sama atau bahkan lebih hebat.[3] Seperti Sulayman yang sanggup berbicara kepada hewan, Isa yang dapat mengetahui rahasia hati umatnya dan seterusnya.

    Pertanda

    Tradisi Islam banyak menceritakan bahwa pada masa kelahiran dan masa sebelum kenabian, Nabi Muhammad sudah diliputi banyak irhasat (pertanda).[4] Muhammad dilahirkan pada tanggal 22 April 570 di kalangan keluarga bangsawan Arab, Bani Hasyim. Ibnu Hisyam, dalam Sirah Nabawiyah menuliskan Muhammad memperoleh namanya dari mimpi ibunya,[5] Aminah binti Wahab ketika mengandungnya. Aminah memperoleh mimpi bahwa ia akan melahirkan "pemimpin umat". Mimpi itu juga yang menyuruhnya mengucapkan, "Aku meletakkan dirinya dalam lindungan Yang Maha Esa dari segala kejahatan dan pendengki." Kisah Aminah dan Abdul Muthalib juga menunjukkan bahwa sejak kecil Muhammad adalah anak yang luar biasa.[6]
    Berikut ini adalah irhasat yang terjadi pada saat sebelum, sesudah kelahiran dan masa kecil Muhammad:

    Sebelum dan sesudah kelahiran

    • Aminah binti Wahab, ibu Muhammad pada saat mengandung Rasulullah Muhammad S.A.W tidak pernah merasa lelah seperti wanita pada umumnya,
    • Raja Khosrow (Kekaisaran Sassania dari Persia) dan para pendita Majusi bermimpi yang menakutkan.[7]
    • Dinding istana Raja Khosrow tiba-tiba retak dan empat belas menaranya Dewan Kekaisaran ini runtuh,[8]
    • Padamnya api yang disembah penganut Agama Majusi secara tiba-tiba,[8]
    • Terjadinya gempa yang merobohkan tempat ibadah di sekitar Kerajaan Rum,
    • Danau dan sawah mengering.[8]
    • Saat melahirkan Muhammad, Aminah binti Wahab tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya.
    • Keluarnya cahaya dari faraj Aminah yang menerangi istana negeri Syam.[9]
    • Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.[10]
    • Lahir dengan tali pusar sudah terputus.[11]

    Balita dan kanak-kanak

    • Halimah binti Abi-Dhua'ib, ibu susuan Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya ia dinyatakan telah kering susunya.[12] Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad karena yatim. Namun, karena alasan ia tidak ingin dicemooh Bani Sa'd, ia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup nomaden bersama Bani Sa'd di gurun Arab selama empat tahun.[13]
    • Ternak kambing Halimah menjadi gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah,[14]
    • Pada usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.
    • Abdul Muthalib, kakek Muhammad menuturkan bahwa berhala yang ada di Ka'bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud saat kelahiran Muhammad. Ia juga menuturkan bahwa ia mendengar dinding Ka'bah berbicara, "Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini."[15]
    • Ketika Muhammad berusia empat tahun,[16] ia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi di ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa'd dari suku Badui. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah.[17] Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran detai bahwa kedua orang itu, "membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengelurkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju."[18] Peristiwa seperti itu juga terulang 50 tahun kemudian saat Muhammad diIsra'kan ke Yerusalem lalu ke Sidratul Muntaha dari Mekkah.[19]
    • Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, ia telah dibimbing oleh Allah. Hal itu mulai tampak setelah ibu dan kakeknya meninggal. Dikisahkan bahwa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta ia merasa lelah dan tidur di jalan sehingga ia tidak mengikuti pesta tersebut.[20]

    Remaja

    • Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Muhammad saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah "stempel kenabian" (tanda kenabian) di kulit punggungnya.[21]
    • Tanah yang dilalui oleh unta Muhammad diperpendek jaraknya oleh Jibril, sebelah sisi kanan dijaga oleh Israfil dan sisi kirinya dijaga oleh Mikail kemudian mendung menaunginya.[22][23]

    Mukjizat

    Berikut adalah mukjizat-mikjizat yang diperolehnya ketika Muhammad telah menerima wahyu ketika ia berusia 40 tahun. Abu Sa'ad an-Nisaburi menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Kitabu Syarafil Musthafa, bahwa kekhususan Muhammad berjumlah enam puluh. Sebagian ulama menyebutkan bahwa nabi S.A.W telah dianugerahi tiga ribu mukjizat dan kekhususan. Sedangkan di dalam Al-Quran itu sendiri terdapat sekitar enam puluh ribu mukjizat.[24].

    Fisik

    • Dapat melihat dengan jelas dalam keadaan gelap.[25]
    • Wajah Muhammad memancarkan cahaya dikegelapan pada waktu sahur.[26]
    • Dua Sahabat Muhammad dibimbing oleh dua cahaya, setelah bertemunya.[27]
    • Peluh yang keluar dari tubuh Muhammad memiliki bau harum,[28] jika Muhammad berjabat tangan dengan seseorang maka aroma harum itu akan membekas selama beberapa hari ditangan orang tersebut.[29]
    • Muhammad yang sanggup menghancurkan batu besar dengan tiga kali pukulan, dikala menjelang Perang Khandaq, padahal pada saat itu Muhammad belum makan selama 3 hari.[30]

    Do'a

    • Mendo'akan kedua mantan menantunya (Uthbah dan Uthaibah) dimakan binatang buas, setelah mereka berkata kasar kepada Muhammad.[36]
    • Mendoakan untuk menumbuhkan gigi salah seorang sahabatnya bernama Sabiqah yang rontok sewaktu perang.
    • Mendoakan supaya Kerajaan Kisra hancur, kemudian doa tersebut dikabulkan.[38]
    • Mendoakan Ibnu Abbas menjadi orang yang faqih dalam agama Islam.[38]

    Kharisma dan kewibawaan

    • Tatapan mata yang menggetarkan Ghaurats bin Harits, yaitu seorang musuh yang pernah menghunus pedang kearah leher Muhammad.[40]
    • Allah melumpuhkan Hay bin Akhtab dan para sahabatnya, ketika hendak melemparkan batu yang besar kepada Muhammad.[41]
    • Jin yang bernama Muhayr bin Habbar membantu dakwah Muhammad, kemudian jin itu diganti namanya oleh Muhammad menjadi Abdullah bin Abhar.

    Menghilang, menidurkan dan mengalahkan musuh

    • Menghilang saat akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, bibi Muhammad ketika ia duduk di sekitar Ka'bah dengan Abu Bakar.[43]
    • Menghilang saat akan dibunuh Abu Jahal dimana saat itu ia sedang salat.[44]
    • Menidurkan 10 pemuda Mekkah yang berencana membunuhnya dengan taburan pasir, kemudian ia berhasil melalui orang-orang yang menunggunya di pintu rumahnya untuk membunuhnya.

    Fenomena Alam

    • Menghentikan gempa yang terjadi di Mekkah[47] dan Madinah,[48] dengan cara menghentakkan kakinya dan memerintahkan bukit supaya tenang.
    • Bumi menelan seorang Quraisy yang hendak membunuh Muhammad dan Abu Bakar pada saat hijrah.

    Makanan dan minuman

    • Makanan yang di makan oleh Muhammad mengagungkan Nama Allah.[55]
    • Roti sedikit cukup untuk orang banyak.[57]
    • Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang.[58]
    • Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat.[59]
    • Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang Badui Arab tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari.[60]
    • Ikan al-anbar menjadi hidangan bagi 300 pasukan Muhammad.[61]
    • Menjadikan minyak samin Ummu Malik tetap utuh tidak berkurang walau telah diberikan kepada Muhammad.[62]
    • Wadah yang selalu penuh dengan air, walau sudah dituangkan hingga habis.[63]
    • Mengeluarkan air dari sumur yang ada di tengah gurun pasir, ketika Khalid bin walid pada saat itu masih menjadi musuhnya.[64]
    • Mengeluarkan mata air baru untuk pamannya Abu Thalib yang sedang kehausan.[65]
    • Mengeluarkan air yang banyak dari bejana milik seorang wanita penunggang unta.[66]
    • Semangkuk susu yang bisa dibagi-bagikan kepada beberapa orang-orang Shuffah, Abu Hurayrah dan Muhammad.[67]
    • Susu dan kencing unta bisa menyembuhkan penyakit orang Urainah.[68]

    Bayi, hewan, tumbuhan dan benda mati

    • Seorang bayi berumur satu hari bersaksi atas kerasulan Muhammad.[69]
    • Bayi berumur 2 tahun memberi salam kepada Muhammad.[70]
    • Unta besar yang melindungi Muhammad dari kejahatan Abu Jahal.[78]
    • Seekor burung mengadu kepada Muhammad tentang kehilangan anaknya.[79]
    • Seekor anjing yang membunuh salah satu petinggi kerajaan Mongol karena telah mencela Muhammad.[80]
    • Sebuah tandan kurma yang bercahaya diberikan kepada Qatadah bin Nu'man sebagai obor penerang jalannya pulang.[85]
    • Pohon menjadi saksi dan dibuat berbicara kepada Muhammad dan orang dusun (Arab Badui).[86][87]
    • Memerintahkan pohon untuk menjadi penghalang ketika Muhammad hendak buang hajat pada suatu perjalanan.[88]
    • Batang kayu yang kering menjadi hijau kembali ditangannya.
    • Permadani yang besaksi atas kerasulan Muhammad atas permintaan Malik bin as-Sayf.[89]
    • Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.[90]
    • Batu kerikil bertasbih ditelapak tangan Muhammad.[94]
    • Memberinya sebatang kayu yang berubah menjadi pedang kepada Ukasyah bin Mihsan, ketika pedangnya telah patah dalam sebuah pertempuran.
    • Berbicara dengan gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.
    • Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.[97]
    • Secara tiba-tiba ada sarang laba-laba, dua ekor burung yang sedang mengeramkan telur dan cabang-cabang pohon yang terkulai menutupi mulut gua di Gunung Thur, sewaktu Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran orang Quraisy.[98]

    Menyembuhkan

    • Menyembuhkan betis Ibnu al-Hakam yang terputus pada Perang Badar, kemudian Muhammad meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa merasakan sakit sedikit pun.
    • Menyembuhkan mata Qatadah tergantung di pipinya yang terluka pada Perang Uhud, kemudian oleh Muhammad mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.[99][100]
    • Menyembuhkan sakit kepala Ali bin Abi Thalib.[105]
    • Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya saat bersembunyi di Gua Hira[106] (dalam kisah lain dikatakan Gua Tsur)[107] dari pengejaran penduduk Mekah.
    • Menyembuhkan luka bakar ditubuh anak kecil yang bernama Muhammad bin Hathib dengan ludahnya.[108]
    • Menyembuhkan luka bakar Amar bin Yasir yang telah dibakar oleh orang-orang kafir.[109]
    • Menyembuhkan anak yang bisu sejak lahir, sehingga bisa berbicara.[110][111]
    • Menyembuhkan mata ayah Fudayk yang putih semua dan buta.[112]
    • Air seni Muhammad pernah terminum oleh pembantunya yang bernama Ummu Aiman, sehingga menyembuhkan sakit perut pembantunya.[113]
    • Mengembalikan penglihatan orang yang buta.[114]
    • Menyembuhkan penyakit lumpuh seorang anak.[115]
    • Mengobati penyakit gila seorang anak.[116]
    • Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.
    • Menyembuhkan penyakit kusta Sa’id bin Abyadh bin Jamal dibagian wajahnya.[118]
    • Menyambung tangan orang Badui yang putus setelah dipotong oleh dirinya sendiri sehabis menampar Muhammad.
    • Menyembuhkan putri raja yg cacat tanpa tangan & kaki.
    • Mengusapkan wajah Qatadah bin Milhan yang telah berusia lanjut, sehingga wajahnya tetap terlihat muda dan cerah.[121]
    • Menyembuhkan sakit perut Ubaidah bin Rifa’ah.[122]

    Menghidupkan orang mati

    • Menghidupkan anak perempuan yang telah mati lama dikuburannya.[123]

    Hal ghaib dan ru'yah

    • Mengetahui kejadian yang tidak dilihat olehnya.[125]
    • Mengetahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi, yang akan terjadi.
    • Sanggup melihat dibalik punggungnya seperti melihat dari depan.[126][127]
    • Melihat dan mendengar apa yang ada dilangit dan bumi.[128]
    • Mengetahui isi hati sahabat dan lawannya.
    • Mengetahui yang terjadi di dalam kubur.[129]
    • Meramalkan seorang istrinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan disekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada saat Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad.[131]
    • Meramalkan istrinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad.[132]
    • Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.[133]
    • Mengetahui nasib cucu-cucunya dikemudian hari, seperti nasib Hasan yang akan bermusuhan dengan Mu'awiyyah bin Abu Sufyan beserta keturunannya. Nasib Husain yang akan dibantai tentara Yazid, anak lelaki Mu'awiyyah disebuah Padang Karbala.[134]
    • Mengetahui akan adanya Piagam Pemboikotan oleh tokoh-tokoh Quraisy.

    Mukjizat terbesar

    Penjelasan sebagai manusia biasa

    Terdapat kisah yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak memiliki bayangan, karena jasadnya terbuat dari cahaya. Pendapat ini disampaikan oleh Muhammad as-Sholihi dalam kitabnya yang berjudul "Subul al-Huda wa ar-Rasyad". Muhammad as-Sholihi mengutip beberapa riwayat dari beberapa ulama, diantaranya adalah Ibnu Sab’ dalam "Khasais Nabi" dan ad-Dzakwan. Ibnu Sab’ mengatakan, bahwa “Bayangan nabi S.A.W tidak menempel di tanah. Karena dia adalah cahaya. Apabila dia berjalan di bawah terik atau di malam purnama, tidak nampak bayangannya.” Kemudian keterangan lain dari seorang tabiin bernama ad-Dzakwan, dia mengatakan, "Tidak terlihat bayangan rasulullah S.A.W di bawah matahari maupun purnama".[136]
    Riwayat diatas dinilai sangat lemah dan palsu (maudhu), dikarenakan pernyataan-pernyataan yang tidak memiliki bukti (dasar) dari al-Qur`an maupun hadits nabi yang shahih, kemudian banyak dalil yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad hanya manusia biasa, dan Allah telah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur'an:
    Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,... (Al-Kahf 18:110)
    Tidaklah Kami jadikan untuk mereka (para nabi) tubuh-tubuh yang tidak makan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya 21:8)
    Mereka berkata: “Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (Al-Furqan 25:8)
    Semua ayat di atas menunjukkan bahwa karakter fisik para nabi dan rasul, tidak berbeda dengan umatnya, artinya mereka sama-sama manusia, yang membedakan hanyalah ketakwaannya saja,[137] dan keistimewaan lain dari para nabi dan rasul adalah jasad mereka tidak akan hancur "dimakan tanah".[138]

    Tidak mengetahui hal gaib kecuali mendapatkan wahyu

    Dari kesemua mukjizat yang dimilikinya, ia pernah mengalami ketidaktahuannya tentang beberapa masalah, seperti tidak mengetahui kapan datangnya kiamat,[139][140] kemudian apakah Ibnu Shayyad sesungguhnya Dajal atau bukan,[141] tidak mengetahui ada beberapa sahabatnya dari kalangan Arab Badui dan Madinah yang munafik,[142] tidak mengetahui perkara-perkara gaib yang lainnya,[143] jika Allah tidak memberikan wahyu.[144] Karena pada dasarnya syariat Islam mengajarkan segala sesuatu yang gaib hanya Allah yang Maha Tahu (Al `Aliim).[145][146] Kemudian ia pernah mengalami sakit, terkena sihir dan racun,[147] terluka karena pukulan, sabetan pedang bahkan rasa sakit akibat demam sama seperti apa yang sering dialami oleh fisik manusia biasa. Karena Nabi Muhammad termasuk bani Adam yang diciptakan dari tanah. Sementara yang diciptaan dari cahaya hanyalah malaikat, dan nabi bukanlah golongan malaikat.[148]

    Terluka saat perang

    Dalam sejarah Islam, beberapa kali Muhammad terluka dan mengalami kesakitan akibat peperangan dengan musuhnya, di antaranya ketika terjadinya Perang Uhud, dalam kondisi yang sangat kritis itu, 'Utbah bin Abi Waqqash melempar Muhammad dengan batu sehingga ia terjatuh, mengakibatkan gigi seri bawah kanan terkena dan juga melukai bibir bawahnya.[149]
    Kemudian Abdullah bin Syihab Al Zuhry tiba-tiba mendekati Muhammad dan memukul hingga keningnya terluka, tidak hanya itu saja datang pula Abdullah bin Qami'ah seorang penunggang kuda mengayunkan pedang ke bahu Muhammad dengan pukulan yang keras, pukulan pedang itu tidak sampai menembus dan merusak baju besi yang ia kenakan.
    Lalu kembali Abdullah bin Syihab Al Zuhry memukul di bagian tulang pipi Muhammad hingga ada dua keping lingkaran rantai topi besi yang terlepas menembus pipi Muhammad dan akibat pukulan pedang itu ia mengalami kesakitan selama sebulan.
    Peristiwa lain yang dialami oleh Muhammad, bahwa ia-pun mengalami sakit demam, bahkan menurut hadits dikisahkan demamnya lebih parah, melebihi demam yang dialami dua orang dewasa. Sebagaimana yang pernah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud.[150]
    Apa yang dialami oleh Muhammad seperti yang dikisahkan di atas, menunjukkan bahwa ia juga mengalami keadaan yang sama seperti manusia pada umumnya, sesuai dengan fitrah sebagai manusia biasa.

    Mukjizat Nabi Muhammad

    Mukjizat Nabi Muhammad (bahasa Arab: معجزات محمد, Mu'jizati nabi Muhammad) adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W untuk membuktikan kenabiannya.[1] Dalam Islam, mukjizat terjadi hanya karena izin Allah, di antara mukjizat Nabi Muhammad adalah Isra dan Mi'raj dalam tidak sampai satu hari. Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah, wahyu Al-Qur'an, dan lain-lain.
    Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah dikatakan bahwa rasulullah bersabda, “Tidak ada seorang pun di antara para nabi kecuali mereka diberi sejumlah mukjizat yang di antaranya manusia beriman kepadanya dan mukjizat yang aku terima adalah wahyu. Allah mewahyukannya kepadaku. Maka aku berharap kiranya menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”[2]
    Menurut syariat Islam, tidak ada mukjizat yang diberikan Allah kepada seorang nabi melainkan mukjizat itu pun diberikan kepada Muhammad secara persis sama atau bahkan lebih hebat.[3] Seperti Sulayman yang sanggup berbicara kepada hewan, Isa yang dapat mengetahui rahasia hati umatnya dan seterusnya.

    Pertanda

    Tradisi Islam banyak menceritakan bahwa pada masa kelahiran dan masa sebelum kenabian, Nabi Muhammad sudah diliputi banyak irhasat (pertanda).[4] Muhammad dilahirkan pada tanggal 22 April 570 di kalangan keluarga bangsawan Arab, Bani Hasyim. Ibnu Hisyam, dalam Sirah Nabawiyah menuliskan Muhammad memperoleh namanya dari mimpi ibunya,[5] Aminah binti Wahab ketika mengandungnya. Aminah memperoleh mimpi bahwa ia akan melahirkan "pemimpin umat". Mimpi itu juga yang menyuruhnya mengucapkan, "Aku meletakkan dirinya dalam lindungan Yang Maha Esa dari segala kejahatan dan pendengki." Kisah Aminah dan Abdul Muthalib juga menunjukkan bahwa sejak kecil Muhammad adalah anak yang luar biasa.[6]
    Berikut ini adalah irhasat yang terjadi pada saat sebelum, sesudah kelahiran dan masa kecil Muhammad:

    Sebelum dan sesudah kelahiran

    • Aminah binti Wahab, ibu Muhammad pada saat mengandung Rasulullah Muhammad S.A.W tidak pernah merasa lelah seperti wanita pada umumnya,
    • Raja Khosrow (Kekaisaran Sassania dari Persia) dan para pendita Majusi bermimpi yang menakutkan.[7]
    • Dinding istana Raja Khosrow tiba-tiba retak dan empat belas menaranya Dewan Kekaisaran ini runtuh,[8]
    • Padamnya api yang disembah penganut Agama Majusi secara tiba-tiba,[8]
    • Terjadinya gempa yang merobohkan tempat ibadah di sekitar Kerajaan Rum,
    • Danau dan sawah mengering.[8]
    • Saat melahirkan Muhammad, Aminah binti Wahab tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya.
    • Keluarnya cahaya dari faraj Aminah yang menerangi istana negeri Syam.[9]
    • Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.[10]
    • Lahir dengan tali pusar sudah terputus.[11]

    Balita dan kanak-kanak

    • Halimah binti Abi-Dhua'ib, ibu susuan Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya ia dinyatakan telah kering susunya.[12] Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad karena yatim. Namun, karena alasan ia tidak ingin dicemooh Bani Sa'd, ia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup nomaden bersama Bani Sa'd di gurun Arab selama empat tahun.[13]
    • Ternak kambing Halimah menjadi gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah,[14]
    • Pada usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.
    • Abdul Muthalib, kakek Muhammad menuturkan bahwa berhala yang ada di Ka'bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud saat kelahiran Muhammad. Ia juga menuturkan bahwa ia mendengar dinding Ka'bah berbicara, "Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini."[15]
    • Ketika Muhammad berusia empat tahun,[16] ia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi di ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa'd dari suku Badui. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah.[17] Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran detai bahwa kedua orang itu, "membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengelurkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju."[18] Peristiwa seperti itu juga terulang 50 tahun kemudian saat Muhammad diIsra'kan ke Yerusalem lalu ke Sidratul Muntaha dari Mekkah.[19]
    • Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, ia telah dibimbing oleh Allah. Hal itu mulai tampak setelah ibu dan kakeknya meninggal. Dikisahkan bahwa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta ia merasa lelah dan tidur di jalan sehingga ia tidak mengikuti pesta tersebut.[20]

    Remaja

    • Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Muhammad saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah "stempel kenabian" (tanda kenabian) di kulit punggungnya.[21]
    • Tanah yang dilalui oleh unta Muhammad diperpendek jaraknya oleh Jibril, sebelah sisi kanan dijaga oleh Israfil dan sisi kirinya dijaga oleh Mikail kemudian mendung menaunginya.[22][23]

    Mukjizat

    Berikut adalah mukjizat-mikjizat yang diperolehnya ketika Muhammad telah menerima wahyu ketika ia berusia 40 tahun. Abu Sa'ad an-Nisaburi menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Kitabu Syarafil Musthafa, bahwa kekhususan Muhammad berjumlah enam puluh. Sebagian ulama menyebutkan bahwa nabi S.A.W telah dianugerahi tiga ribu mukjizat dan kekhususan. Sedangkan di dalam Al-Quran itu sendiri terdapat sekitar enam puluh ribu mukjizat.[24].

    Fisik

    • Dapat melihat dengan jelas dalam keadaan gelap.[25]
    • Wajah Muhammad memancarkan cahaya dikegelapan pada waktu sahur.[26]
    • Dua Sahabat Muhammad dibimbing oleh dua cahaya, setelah bertemunya.[27]
    • Peluh yang keluar dari tubuh Muhammad memiliki bau harum,[28] jika Muhammad berjabat tangan dengan seseorang maka aroma harum itu akan membekas selama beberapa hari ditangan orang tersebut.[29]
    • Muhammad yang sanggup menghancurkan batu besar dengan tiga kali pukulan, dikala menjelang Perang Khandaq, padahal pada saat itu Muhammad belum makan selama 3 hari.[30]

    Do'a

    • Mendo'akan kedua mantan menantunya (Uthbah dan Uthaibah) dimakan binatang buas, setelah mereka berkata kasar kepada Muhammad.[36]
    • Mendoakan untuk menumbuhkan gigi salah seorang sahabatnya bernama Sabiqah yang rontok sewaktu perang.
    • Mendoakan supaya Kerajaan Kisra hancur, kemudian doa tersebut dikabulkan.[38]
    • Mendoakan Ibnu Abbas menjadi orang yang faqih dalam agama Islam.[38]

    Kharisma dan kewibawaan

    • Tatapan mata yang menggetarkan Ghaurats bin Harits, yaitu seorang musuh yang pernah menghunus pedang kearah leher Muhammad.[40]
    • Allah melumpuhkan Hay bin Akhtab dan para sahabatnya, ketika hendak melemparkan batu yang besar kepada Muhammad.[41]
    • Jin yang bernama Muhayr bin Habbar membantu dakwah Muhammad, kemudian jin itu diganti namanya oleh Muhammad menjadi Abdullah bin Abhar.

    Menghilang, menidurkan dan mengalahkan musuh

    • Menghilang saat akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, bibi Muhammad ketika ia duduk di sekitar Ka'bah dengan Abu Bakar.[43]
    • Menghilang saat akan dibunuh Abu Jahal dimana saat itu ia sedang salat.[44]
    • Menidurkan 10 pemuda Mekkah yang berencana membunuhnya dengan taburan pasir, kemudian ia berhasil melalui orang-orang yang menunggunya di pintu rumahnya untuk membunuhnya.

    Fenomena Alam

    • Menghentikan gempa yang terjadi di Mekkah[47] dan Madinah,[48] dengan cara menghentakkan kakinya dan memerintahkan bukit supaya tenang.
    • Bumi menelan seorang Quraisy yang hendak membunuh Muhammad dan Abu Bakar pada saat hijrah.

    Makanan dan minuman

    • Makanan yang di makan oleh Muhammad mengagungkan Nama Allah.[55]
    • Roti sedikit cukup untuk orang banyak.[57]
    • Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang.[58]
    • Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat.[59]
    • Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang Badui Arab tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari.[60]
    • Ikan al-anbar menjadi hidangan bagi 300 pasukan Muhammad.[61]
    • Menjadikan minyak samin Ummu Malik tetap utuh tidak berkurang walau telah diberikan kepada Muhammad.[62]
    • Wadah yang selalu penuh dengan air, walau sudah dituangkan hingga habis.[63]
    • Mengeluarkan air dari sumur yang ada di tengah gurun pasir, ketika Khalid bin walid pada saat itu masih menjadi musuhnya.[64]
    • Mengeluarkan mata air baru untuk pamannya Abu Thalib yang sedang kehausan.[65]
    • Mengeluarkan air yang banyak dari bejana milik seorang wanita penunggang unta.[66]
    • Semangkuk susu yang bisa dibagi-bagikan kepada beberapa orang-orang Shuffah, Abu Hurayrah dan Muhammad.[67]
    • Susu dan kencing unta bisa menyembuhkan penyakit orang Urainah.[68]

    Bayi, hewan, tumbuhan dan benda mati

    • Seorang bayi berumur satu hari bersaksi atas kerasulan Muhammad.[69]
    • Bayi berumur 2 tahun memberi salam kepada Muhammad.[70]
    • Unta besar yang melindungi Muhammad dari kejahatan Abu Jahal.[78]
    • Seekor burung mengadu kepada Muhammad tentang kehilangan anaknya.[79]
    • Seekor anjing yang membunuh salah satu petinggi kerajaan Mongol karena telah mencela Muhammad.[80]
    • Sebuah tandan kurma yang bercahaya diberikan kepada Qatadah bin Nu'man sebagai obor penerang jalannya pulang.[85]
    • Pohon menjadi saksi dan dibuat berbicara kepada Muhammad dan orang dusun (Arab Badui).[86][87]
    • Memerintahkan pohon untuk menjadi penghalang ketika Muhammad hendak buang hajat pada suatu perjalanan.[88]
    • Batang kayu yang kering menjadi hijau kembali ditangannya.
    • Permadani yang besaksi atas kerasulan Muhammad atas permintaan Malik bin as-Sayf.[89]
    • Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.[90]
    • Batu kerikil bertasbih ditelapak tangan Muhammad.[94]
    • Memberinya sebatang kayu yang berubah menjadi pedang kepada Ukasyah bin Mihsan, ketika pedangnya telah patah dalam sebuah pertempuran.
    • Berbicara dengan gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.
    • Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.[97]
    • Secara tiba-tiba ada sarang laba-laba, dua ekor burung yang sedang mengeramkan telur dan cabang-cabang pohon yang terkulai menutupi mulut gua di Gunung Thur, sewaktu Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran orang Quraisy.[98]

    Menyembuhkan

    • Menyembuhkan betis Ibnu al-Hakam yang terputus pada Perang Badar, kemudian Muhammad meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa merasakan sakit sedikit pun.
    • Menyembuhkan mata Qatadah tergantung di pipinya yang terluka pada Perang Uhud, kemudian oleh Muhammad mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.[99][100]
    • Menyembuhkan sakit kepala Ali bin Abi Thalib.[105]
    • Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya saat bersembunyi di Gua Hira[106] (dalam kisah lain dikatakan Gua Tsur)[107] dari pengejaran penduduk Mekah.
    • Menyembuhkan luka bakar ditubuh anak kecil yang bernama Muhammad bin Hathib dengan ludahnya.[108]
    • Menyembuhkan luka bakar Amar bin Yasir yang telah dibakar oleh orang-orang kafir.[109]
    • Menyembuhkan anak yang bisu sejak lahir, sehingga bisa berbicara.[110][111]
    • Menyembuhkan mata ayah Fudayk yang putih semua dan buta.[112]
    • Air seni Muhammad pernah terminum oleh pembantunya yang bernama Ummu Aiman, sehingga menyembuhkan sakit perut pembantunya.[113]
    • Mengembalikan penglihatan orang yang buta.[114]
    • Menyembuhkan penyakit lumpuh seorang anak.[115]
    • Mengobati penyakit gila seorang anak.[116]
    • Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.
    • Menyembuhkan penyakit kusta Sa’id bin Abyadh bin Jamal dibagian wajahnya.[118]
    • Menyambung tangan orang Badui yang putus setelah dipotong oleh dirinya sendiri sehabis menampar Muhammad.
    • Menyembuhkan putri raja yg cacat tanpa tangan & kaki.
    • Mengusapkan wajah Qatadah bin Milhan yang telah berusia lanjut, sehingga wajahnya tetap terlihat muda dan cerah.[121]
    • Menyembuhkan sakit perut Ubaidah bin Rifa’ah.[122]

    Menghidupkan orang mati

    • Menghidupkan anak perempuan yang telah mati lama dikuburannya.[123]

    Hal ghaib dan ru'yah

    • Mengetahui kejadian yang tidak dilihat olehnya.[125]
    • Mengetahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi, yang akan terjadi.
    • Sanggup melihat dibalik punggungnya seperti melihat dari depan.[126][127]
    • Melihat dan mendengar apa yang ada dilangit dan bumi.[128]
    • Mengetahui isi hati sahabat dan lawannya.
    • Mengetahui yang terjadi di dalam kubur.[129]
    • Meramalkan seorang istrinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan disekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada saat Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad.[131]
    • Meramalkan istrinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad.[132]
    • Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.[133]
    • Mengetahui nasib cucu-cucunya dikemudian hari, seperti nasib Hasan yang akan bermusuhan dengan Mu'awiyyah bin Abu Sufyan beserta keturunannya. Nasib Husain yang akan dibantai tentara Yazid, anak lelaki Mu'awiyyah disebuah Padang Karbala.[134]
    • Mengetahui akan adanya Piagam Pemboikotan oleh tokoh-tokoh Quraisy.

    Mukjizat terbesar

    Penjelasan sebagai manusia biasa

    Terdapat kisah yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak memiliki bayangan, karena jasadnya terbuat dari cahaya. Pendapat ini disampaikan oleh Muhammad as-Sholihi dalam kitabnya yang berjudul "Subul al-Huda wa ar-Rasyad". Muhammad as-Sholihi mengutip beberapa riwayat dari beberapa ulama, diantaranya adalah Ibnu Sab’ dalam "Khasais Nabi" dan ad-Dzakwan. Ibnu Sab’ mengatakan, bahwa “Bayangan nabi S.A.W tidak menempel di tanah. Karena dia adalah cahaya. Apabila dia berjalan di bawah terik atau di malam purnama, tidak nampak bayangannya.” Kemudian keterangan lain dari seorang tabiin bernama ad-Dzakwan, dia mengatakan, "Tidak terlihat bayangan rasulullah S.A.W di bawah matahari maupun purnama".[136]
    Riwayat diatas dinilai sangat lemah dan palsu (maudhu), dikarenakan pernyataan-pernyataan yang tidak memiliki bukti (dasar) dari al-Qur`an maupun hadits nabi yang shahih, kemudian banyak dalil yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad hanya manusia biasa, dan Allah telah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur'an:
    Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,... (Al-Kahf 18:110)
    Tidaklah Kami jadikan untuk mereka (para nabi) tubuh-tubuh yang tidak makan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya 21:8)
    Mereka berkata: “Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (Al-Furqan 25:8)
    Semua ayat di atas menunjukkan bahwa karakter fisik para nabi dan rasul, tidak berbeda dengan umatnya, artinya mereka sama-sama manusia, yang membedakan hanyalah ketakwaannya saja,[137] dan keistimewaan lain dari para nabi dan rasul adalah jasad mereka tidak akan hancur "dimakan tanah".[138]

    Tidak mengetahui hal gaib kecuali mendapatkan wahyu

    Dari kesemua mukjizat yang dimilikinya, ia pernah mengalami ketidaktahuannya tentang beberapa masalah, seperti tidak mengetahui kapan datangnya kiamat,[139][140] kemudian apakah Ibnu Shayyad sesungguhnya Dajal atau bukan,[141] tidak mengetahui ada beberapa sahabatnya dari kalangan Arab Badui dan Madinah yang munafik,[142] tidak mengetahui perkara-perkara gaib yang lainnya,[143] jika Allah tidak memberikan wahyu.[144] Karena pada dasarnya syariat Islam mengajarkan segala sesuatu yang gaib hanya Allah yang Maha Tahu (Al `Aliim).[145][146] Kemudian ia pernah mengalami sakit, terkena sihir dan racun,[147] terluka karena pukulan, sabetan pedang bahkan rasa sakit akibat demam sama seperti apa yang sering dialami oleh fisik manusia biasa. Karena Nabi Muhammad termasuk bani Adam yang diciptakan dari tanah. Sementara yang diciptaan dari cahaya hanyalah malaikat, dan nabi bukanlah golongan malaikat.[148]

    Terluka saat perang

    Dalam sejarah Islam, beberapa kali Muhammad terluka dan mengalami kesakitan akibat peperangan dengan musuhnya, di antaranya ketika terjadinya Perang Uhud, dalam kondisi yang sangat kritis itu, 'Utbah bin Abi Waqqash melempar Muhammad dengan batu sehingga ia terjatuh, mengakibatkan gigi seri bawah kanan terkena dan juga melukai bibir bawahnya.[149]
    Kemudian Abdullah bin Syihab Al Zuhry tiba-tiba mendekati Muhammad dan memukul hingga keningnya terluka, tidak hanya itu saja datang pula Abdullah bin Qami'ah seorang penunggang kuda mengayunkan pedang ke bahu Muhammad dengan pukulan yang keras, pukulan pedang itu tidak sampai menembus dan merusak baju besi yang ia kenakan.
    Lalu kembali Abdullah bin Syihab Al Zuhry memukul di bagian tulang pipi Muhammad hingga ada dua keping lingkaran rantai topi besi yang terlepas menembus pipi Muhammad dan akibat pukulan pedang itu ia mengalami kesakitan selama sebulan.
    Peristiwa lain yang dialami oleh Muhammad, bahwa ia-pun mengalami sakit demam, bahkan menurut hadits dikisahkan demamnya lebih parah, melebihi demam yang dialami dua orang dewasa. Sebagaimana yang pernah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud.[150]
    Apa yang dialami oleh Muhammad seperti yang dikisahkan di atas, menunjukkan bahwa ia juga mengalami keadaan yang sama seperti manusia pada umumnya, sesuai dengan fitrah sebagai manusia biasa.

    Category

    Entri Populer

    Diberdayakan oleh Blogger.
    back to top